Pebulu tangkis ganda putra, Fajar Alfian, mengaku singkatnya waktu menjajal lapangan sebenarnya tidak cukup untuk memaksimalkan adaptasi.
"Adaptasi di main hall seperti biasa, kita mencoba lapangan bertanding dengan melihat silau apa tidaknya dan melihat arah angin untuk laju shuttlecock," kata Fajar.
"Waktunya memang singkat, kalau saya rasa kurang ya. Harusnya minimal ada dua kali latihan di sini. Tapi semua negara juga sama, hanya satu kali. Jadi kami memang harus coba maksimalkan," ucap Fajar.
Fajar yang hari ini genap berusia 27 tahun berharap bisa menyabet gelar juara. Pesta perayaan kecil dari tim menjadi tambahan motivasi baginya.
"Alhamdulillah senang dapat surprise dari teman-teman, sederhana tapi berkesan. Semoga bisa menjadi motivasi lebih untuk juara," tutur atlet kelahiran 7 Maret 1995 itu.
Baca Juga: Update Klasemen MotoGP 2022 - Bastianini di Puncak Usai Raih Kemenangan Emosional
Senada dengan Fajar, atlet tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting juga menjadikan tes lapangan ini sebagai bentuk adaptasi menjelang pertandingan perdana. Menurutnya, kondisi lampu dan shuttlecock lambat adalah hal yang harus cepat diantisipasi.
"Kendala sih tadi tidak ada, cuma kondisi lampu agak silau dan bola agak sedikit lambat. Tapi sebenarnya ini tipikal bola kalau di turnamen Eropa," ujar Anthony.
"Puji Tuhan persiapan buat besok main semuanya berjalan dengan lancar. Semoga di match pertama bisa langsung in permainannya," kata Anthony
Selain kondisi lapangan, udara dingin yang rata-rata menyentuh 8-10 derajat celcius juga menjadi hal yang harus diperhatikan.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Twitter, Badminton Indonesia.org |