BOLASPORT.COM - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyatakan siap memberangkatkan timnas futsal Indonesia putra ke SEA Games 2021, namun menunggu hasil keputusan Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON).
Sebelumnya, keberangkatan timnas futsal Indonesia putra ke SEA Games 2021 di Vietnam sempat menuai polemik.
Awalnya, Kemenpora akan mendaftarkan sebanyak 31 cabang olahraga ke SEA Games 2021 berdasarkan hasil review dan track record di kejuaraan resmi.
Dalam daftar 31 cabang olahraga itu tidak ditemui cabang futsal.
Padahal, timnas futsal Indonesia memiliki segudang prestasi yang patut dipertimbangkan.
Terbaru, timnas futsal Indonesia baru saja menjadi runner-up Piala AFF 2022, dan dipastikan lolos ke putaran final Piala Asia Futsal 2022 di Kuwait.
Baca Juga: Berawal dari Pengalaman Pribadi Andritany Ardhiyasa, APPI Buat Gerakan Berantas Hate Speech
Menyikapi ketiadaan cabang olahraga futsal dari 31 daftar olahraga untuk SEA Games 2021, Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Chandra Bhakti pun angkat bicara.
Chandra Bhakti menyebut jika Federasi Futsal Indonesia (FFI) justru merekomendasikan untuk mengirim timnas futsal putri.
Padahal, Kemenpora merekomendasikan timnas futsal putra yang berangkat karena memiliki rekam jejak prestasi yang meyakinkan.
"Jadi, hasil tim review adalah yang putra, tetapi sekjen FFI (Federasi Futsal Indonesia) memaksa minta putri."
"Makanya, kami sudah bantah. Kami tetap pada keputusan kami, yakni futsal putra yang bisa ke SEA Games," kata Chandra.
Chandra melanjutkan bahwa, sejatinya keputusan timnas futsal Indonesia putra diberangkatkan sudah dipertimbangkan sejak akhir Maret lalu.
Menpora Percaya Hasil Tim Review
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Zainudin Amali kembali menegaskan bahwa, pengiriman kontingen SEA Games 2021 Vietnam, berdasarkan keputusan Tim Review.
Paradigma baru pengiriman atlet-atlet untuk multi even internasional mengacu pada road map pembinaan olahraga sesuai UU Keolahragaan No 11 Tahun 2022 dan Perpres No 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
"Saya kira begini ya pada saat mengumumkan kontingen SEA Games dan CDM itu sudah sangat jelas. Dasar-dasar yang menjadi keputusan adalah hasil Tim Review," kata Menpora Amali.
"Makanya saya sampaikan ini benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya. Karena sekarang ada UU Keolahragaan No 11 Tahun 2022 dan Perpres No 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON)," imbuhnya.
Baca Juga: Pemain Liga 3 Cuma Dibayar 250 Ribu untuk Durasi Setahun hingga Ditunggak
Dalam DBON sudah dijelaskan bahwa target utama prestasi adalah Olimpiade, adapun SEA Games dan Asian Games hanya sasaran antara.
Oleh karena itu, pengiriman atlet-atlet ke SEA Games itu harus berkorelasi kepada Asian Games dan ujungnya diharapkan sebanyak mungkin lolos dalam kualifikasi Olimpiade.
Itulah sebabnya yang menjadi prioritas adalah cabor-cabor yang Olimpiade. Kalau ada yang non Olimpiade, rekomendasi Tim Review adalah yang bisa berprestasi.
Termasuk tidak menutup kemungkinan mengirimkan timnas futsal Indonesia berpartisipasi ke SEA Games 2021.
"Nah semua ada dasarnya, saya kira Prof Asmawi selaku Ketua Tim Review sudah menjelaskan bahwa kerja Tim Review itu sangat independen, sama sekali tidak ada campur tangan dari Kemenpora apalagi dari Menteri," tegasnya.
"Saya tidak mengintervensi keputusan dari Tim Review, mereka putuskan cabor yang berangkat ya itu yang kita ikuti, mereka putuskan cabor mana yang tidak berangkat ya itu yang kita ikuti," tambahnya.
Baca Juga: Ambisi Besar Marc Klok Bawa Timnas U-23 Indonesia Raih Emas di SEA Games 2021
Perubahan paradigma itu dibuktikan pemerintah dengan hanya mengirim sebanyak 476 atlet untuk mengikuti 31 cabang olahraga dari 40 cabang olahraga yang dipertandingkan di SEA Games 2021 Vietnam.
Jumlah tersebut nyaris separuh lebih sedikit dari jumlah atlet yang bertanding di SEA Games 2019 di Filipina.
Waktu itu, Indonesii mengirimkan 841 atlet untuk mengikuti 52 cabang olahraga dari 56 cabang olahraga yang dipertandingkan
"Jadi itu ya dari awal sudah dijelaskan sebab kita sangat obyektif, saya tidak mungkin menganulir keputusan Tim Review, karena isinya adalah akademisi, praktisi, ada KONI dan KOI disitu," tutupnya dengan gamblang.
View this post on Instagram
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Komentar