BOLASPORT.COM - Manchester United tengah mengalami masa-masa sulit pada musim ini. Kehancuran Manchester United itu dinilai karena satu dosa besar yang dilakukan oleh Ralf Rangnick.
Kritikan soal Ralf Rangnick itu disampaikan oleh mantan bek Arsenal, Martin Keown.
Dilansir BolaSport.com dari Daily Mail, Martin Keown menyebut kalau tugas Ralf Rangnick sebagai pelatih sementara Manchester United tidak berjalan dengan lancar.
Ralf Rangnick dinilai gagal membuat Manchester United bangkit sepeninggal Ole Gunnar Solskjaer.
Padahal, kedatangan Rangnick saat itu diharapkan mampu membuat Manchester United bangkit pada musim 2021-2022.
Namun, yang didapatkan justru sebaliknya, Manchester United semakin terpuruk di ajang Liga Inggris 2021-2022.
Yang paling terbaru, Rangnick gagal memberikan hasil positif kala Manchester United bertandang ke kandang Arsenal di Stadion Emirates, Sabtu (23/4/2022) waktu setempat.
Dalam laga itu, Manchester United harus takluk di tangan Arsenal dengan skor cukup telak, yakni 1-3.
Kekalahan tersebut semakin memperpanjang rapor merah Manchester United musim ini.
Menurut Martin Keown, buruknya performa Manchester United tersebut disebabkan satu dosa besar Rangnick.
Keown menuding Rangnick terlalu memaksakan filosofi permainan sepak bolanya kepada Manchester United.
Padahal, filosofi yang dianut oleh Rangnick tidak sesuai untuk diterapkan di Manchester United.
"Tugas sementara Ralf Rangnick belum berhasil. Filosofi kepelatihannya mirip dengan Juergen Klopp," ucap Keown.
"Rangnick percaya pressing tinggi di lapangan adalah cara terbaik untuk menang dan ada artikel yang memuji dia sebagai 'Bapak Gegenpressing' ketika dia tiba."
Baca Juga: Erik ten Hag Jadi Pelatih Anyar Man United, Begini Reaksi Ralf Rangnick
"Akan tetapi, United tidak memiliki pemain untuk bermain seperti itu. Liverpool telah membeli dengan cermat dan dengan mempertimbangkan gaya permainan Klopp."
"Luis Diaz adalah contoh terbaru dari ini, adaptasinya yang mulus ke dalam tim menjadi bukti pekerjaan rumah klub."
"United malah menargetkan pemain kreatif selama bertahun-tahun, dengan Bruno Fernandes dan Paul Pogba lebih terkenal karena bakat mereka daripada pressing mereka."
"Namun, Rangnick tiba-tiba memaksakan filosofi sepakbolanya sendiri ke tim ini dan gagal mengenali kekuatan dan kelemahan skuad."
"Gagal menyesuaikan gaya permainan dengan kekuatan skuad adalah dosa besar yang bisa dilakukan seorang manajer."
"Dia ingin menerapkan pendekatannya dengan pressing dan itu tampak menjanjikan dalam pertandingan pertamanya sebagai pelatih dalam kemenangan 1-0 atas Crystal Palace di mana United memenangkan penguasaan bola 12 kali di sepertiga akhir, total tertinggi mereka dalam setiap pertandingan musim ini."
"Namun, itu tidak berkelanjutan. Ini bukan tim dengan gaya bermain pressing. Ini bukan tim dengan naluri bertahan, keinginan untuk bekerja keras dan terorganisir dan melacak kembali dan mengambil bola," tutur Keown melanjutkan.
Baca Juga: Manchester United Kalah dari Liverpool karena Pemain dan Pelatih Tidak Punya Motivasi
Musim ini, Rangnick telah memimpin 25 pertandingan Manchester United di berbagai kompetisi.
Dari 25 pertandingan itu, Rangnick membawa Setan Merah meraih 10 kemenangan, 8 hasil imbang, dan 7 kekalahan.
Rangnick juga membuat Manchester United gugur di babak 16 besar Liga Champions dan babak keempat Piala FA.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | Daily Mail |
Komentar