BOLASPORT.COM - Kurangnya aksi salip-menyalip membuat MotoGP dikhawatirkan bakal menjadi membosankan. Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, pun menilai perlu ada batasan khusus untuk menyeimbangkan performa motor dengan elemen hiburan.
Kehadiran pemenang lomba atau penghuni podium baru menjadi topik yang digaungkan untuk menekankan bagaimana persaingan pada MotoGP sulit untuk ditebak.
Namun, ketika berbicara persaingan di lintasan muncul pandangan bagaimana MotoGP berubah dari balapan menjadi parade motor di mana perubahan posisi minim terjadi.
Dikutip dari Motorsport Magazine, dua balapan terakhir menjadi bukti.
Pada MotoGP Spanyol cuma ada satu momen overtake di posisi tujuh besar pada 25 lap awal sebelum Marc Marquez menyerang Jack Miller (Ducati Lenovo) untuk posisi ketiga.
Adapun pada MotoGP Prancis perubahan posisi di top four hanya terjadi saat Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) dan Enea Bastianini (Gresini Racing) menyalip Jack Miller.
Harapan akan dog-fight untuk podium teratas antara Bagnaia dan Bastianini berakhir prematur ketika Bagnaia terjatuh beberapa saat setelah didahului Bastianini.
Sesudahnya tidak ada perubahan posisi hingga balapan berakhir.
Bastianini, yang kembali menunjukkan keunggulan dalam menyimpan kekuatan pada paruh kedua balapan, terlalu jauh untuk dikejar oleh Miller.
Baca Juga: Fabio Quartararo Bisa Lebih Percaya Diri Jelang MotoGP Italia 2022
Sementara Aleix Espargaro (Aprilia) yang diwarisi posisi ketiga justru memilih menjaga jarak dengan Miller karena takut kehilangan performa.
Ya, Anda tidak salah mendengarnya.
"Setiap kali mendekati Miller, ban depannya menjadi tidak stabil dan saya melihat di dasbor bahwa temperatur bannya sangat panas," ujar Espargaro.
"Jadi saya berpikir, baiklah, biarkan saja dia. Saya tahu, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha) juga mengalami masalah yang sama di belakang saya."
Quartarao mengalami masalah yang sama pada GP Spanyol ketika jaraknya begitu dekat dengan Bagnaia tetapi tak mampu menyalip sang rival dari awal hingga akhir.
"Saat balapan saya selalu tertinggal sedikit karena tidak mungkin berlomba dengan ban depan yang berulang kali selip dan tidak stabil," katanya.
Ban yang sensitif terhadap temperatur dan tekanan udara membuat pembalap kesulitan untuk menjaga performa saat melaju di belakang pembalap lain.
Hal ini diperparah dengan komponen aerodinamika pada MotoGP yang makin besar dan peranti pengatur ketinggian suspensi yang bisa dipakai saat balapan.
Sebab, dua komponen yang berfungsi menambah grip dan mencegah wheelie itu juga memberi tekanan lebih besar kepada ban sehingga meningkatkan suhu.
Baca Juga: Realistis Saja, Alex Rins Legawa Jika Harus Gabung Tim Satelit MotoGP
Selain itu efek "tersedot" yang disebabkan aerodinamika dari rival di depan membuat pembalap kesulitan untuk melakukan pengereman.
Kalaupun berhasil menyalip, pembalap rentan kehilangan posisinya lagi karena temperatur ban yang lebih tinggi.
"Hasilnya sangat mudah untuk terjatuh," ujar Miguel Oliveira, pembalap Red Bull KTM yang musim ini hanya naik podium saat memenangi MotoGP Indonesia.
"Atau sangat mudah untuk membuat tangan Anda terikat dan tidak berlomba, hanya bertahan hidup," imbuhnya.
Marc Marquez, yang sudah mengeluhkan masalah ini sejak tahun lalu, merasa diperlukan langkah tegas untuk memutuskan, mau dibawa ke mana MotoGP.
Marquez bukannya anti-aerodinamika atau kemajuan teknologi, hanya saja dia merasa persaingan di lintasan tetap menjadi daya tarik utama dari sebuah balapan.
"Kami harus mengerti bahwa kami memerlukan regulasi yang jelas, juga sejumlah pembatasan," kata juara dunia delapan kali, dilansir dari GPOne.
"Jika tidak, kami makin cepat tetapi penonton di rumah tak akan sadar kami meningkat 1,5 atau 2 detik dan lebih memilih pertujukan seperti balapan WSBK di Estoril."
"Saya pikir kami perlu menemukan titik tengah walau itu sulit."
Baca Juga: Resmi! Aprilia Ikat Aleix Espargaro dan Maverick Vinales hingga 2024
"Kalau saya yang memutuskan, saya akan mengorbankan peranti holeshot di ban belakang, tetapi pertanyaan itu bukan untuk saya."
Marquez khawatir apabila situasi tidak berubah, peran pembalap pada MotoGP akan berkurang karena motor lebih menentukan.
"Saya berpikir bahwa pembalaplah yang membuat perbedaan, tetapi dengan arah yang diambil sekarang, realitasnya terancam akan terbalik dalam waktu dekat," ujarnya.
"Saya berulang kali bilang, menyukai balapan dalam kelompok besar dengan banyak aksi menyalip."
"Mungkin lebih baik jika kecepatan motornya berkurang tetapi ada balapannya memiliki lebih banyak hiburan."
Baca Juga: Menanti Banyak Duel Bagnaia dan Bastianini yang Bakal Jadi Rekan Satu Tim
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com, Motorsportmagazine.com |
Komentar