Kemudian, dari 1989 sampai 1999, Gildo membangun nama besarnya di Timur Tengah dengan membesut Al Riyadh (Arab Saudi), Al Ahli (Bahrain), Al-Salmiya (Kuwait), Al-Wanda (Arab Saudi) dan Al-Nahda.
Baca Juga: 3 Pemain Andalan Timnas Yordania Yang Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia, Nomor Satu Main di Eropa
Tak cuma itu. Sang ayah mendapatkan kesempatan membesut Timnas Kuwait pada 1993.
Karena itu, ia tahu betul bagaimana kondisi yang sangat ekstrem di Kuwait.
"Saya pernah di Arab Saudi beberapa tahun. Papa saya juga pelatih waktu saya muda, dia 8 tahun di Kuwait dan saya ikut," kenang pelatih asal Brasil.
"Saya tidak tahu pada bulan ini, tapi cuaca bisa sangat panas sekali di sana. Kita hanya bisa berlatih malam.”
"Lalu ada juga cuaca yang sangat dingin di sana, suhu bisa mencapai 10-15 derajat," imbuhnya.
Baca Juga: Pelatih Timnas Nepal: Timnas Indonesia Mempersulit Persaingan
Kuwait merupakan wilayah dengan iklim subtropis yang memiliki empat musim.
Pada awal Juni seperti sekarang ini, Kuwait mengalami peralihan dari musim semi ke musim panas.
Saat musim semi, cuacanya tidak jauh berbeda dengan indonesia sekitar 28-34 derajat celcius.
Tetapi saat musim panas, cuaca bisa mencapai 48-50 derajat celcius pada siang hari.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar