BOLASPORT.COM - Pabrikan Jepang pernah menguasai MotoGP. Musim ini masih sama, hanya saja ketika membedah performa setiap pembalap, cuma satu orang yang benar-benar bisa melawan.
Pembalap yang dimaksud adalah Fabio Quartararo dari tim Monster Energy Yamaha.
Fabio Quartararo kembali mendominasi kejuaraan hingga memastikan status juara paruh musim ketika masih ada satu seri tersisa.
Kemenangan teranyar didapat sang juara bertahan dari balapan MotoGP Jerman di mana dia tak tersentuh sejak tikungan pertama.
Ditambah bahwa MotoGP Belanda pada akhir pekan ini juga bersahabat dengan Yamaha, pabrikan garpu tala berpeluang menikmati liburan yang tenang selama jeda musim panas.
Namun, kesuksesan Yamaha bukannya tanpa noda.
Pasalnya, musim ini hanya Quartararo seorang yang konsisten membawa motor Yamaha YZR-M1 ke posisi depan.
Jangankan menang atau finis tiga besar, untuk menyelesaikan balapan di posisi 10 besar, pembalap Yamaha lainnya kesulitan.
Fenomena ini membuat Yamaha kehilangan reputasi sebagai pemasok motor balap yang "bersahabat" atau mudah digunakan.
Baca Juga: Bos Yamaha Sindir Ducati, Percuma Punya Banyak Pembalap Jago tapi Tidak Juara
"Yamaha zaman saya dulu adalah motor juara dengan dua pembalap (yang bisa menang)," kata mantan pembalap Yamaha, Jorge Lorenzo, kepada AS.
"Sekarang ada banyak perbedaan antara dua pembalap tim pabrikan."
"Hal yang paling impresif dari Quartararo buat saya adalah bagaimana dia begitu unggul dibanding pembalap-pembalap Yamaha lainnya."
"Selama 20 tahun terakhir, seingat saya, Yamaha tidak pernah berada di posisi seburuk ini dalam hal kekompetitifan dari motor mereka."
Kecemerlangan Quartararo pun tak hanya menutupi borok di Yamaha semenjak pabrikan asal Jepang lainnya juga menelan catatan minor.
Musim ini bahkan hanya Yamaha, dan hanya melalui Quartararo, satu-satunya produsen motor dari Negara Sakura yang bisa memenangi balapan.
Distribusi Podium MotoGP 2022 Sampai seri ke-10 GP Jerman | ||||||
Pos | Eropa | Jepang | ||||
Ducati | Aprilia | KTM | Yamaha | Suzuki | Honda | |
1 | 5 | 1 | 1 | 3 | 0 | 0 |
2 | 5 | 0 | 1 | 3 | 1 | 0 |
3 | 4 | 4 | 0 | 0 | 1 | 1 |
Suzuki masih kesulitan mengembalikan performa kuat dari musim 2020 setelah baru mencetak dua hasil podium melalui Alex Rins.
Adapun Honda belum pernah melihat pembalap mereka naik ke tangga podium lagi sejak Pol Espargaro finis di posisi ketiga pada balapan seri pembuka.
MotoGP Jerman barangkali bisa menggambarkan bagaimana peta kekuatan pada MotoGP mengalami pergeseran.
Baca Juga: Honda Bonyok Ditinggal Marquez, Catat Hasil Terburuk dalam 40 Tahun pada MotoGP Jerman
Pada MotoGP Jerman hanya ada satu pembalap dari pabrikan Jepang yang finis 10 besar yaitu, lagi-lagi, Quartararo yang berhasil menang.
Penulis buku statistik resmi MotoGP, Martin Raines, mencatat bahwa hasil ini tidak pernah terjadi dalam rentang waktu 50 tahun terakhir, lebih dari setengah abad!
"Akhir pekan lalu Fabio Quartararo menjadi satu-satunya pembalap dengan motor buatan Jepang di posisi 10 besar," tulis Raines dalam kicauan di Twitter.
"Kali terakhir hanya ada satu motor Jepang di posisi 10 besar pada balapan kelas utama adalah pada Isle of Man TT musim 1970 (Bill Smith finis ketiga dengan Kawasaki)."
Last weekend Fabio Quartararo was the only rider in the top 10 to be on a Japanese manufacture bike. The last time before this that just a single Japanese bike finished in the top 10 in a premier-class Championship race was at the IOM TT in 1970 (Bill Smith 3rd on a Kawasaki)
— Martin Raines (@motogpmart) June 24, 2022
Musim depan dominasi pabrikan Eropa pada MotoGP akan makin terlihat setelah Suzuki menarik diri dan Yamaha kehilangan tim satelit.
Sepuluh tahun lalu siapa yang mengira? Dahulu hanya pembalap Honda dan Yamaha yang bisa menang lomba pada musim 2011-2015.
Meski demikian, situasi ini tampaknya tidak akan menimbulkan kepanikan selama pencapaian terpenting yaitu juara dunia berada di tangan.
"Pada akhirnya kami berada di sini untuk menjadi juara," ucap Managing Director Yamaha, Lin Jarvis dikutip Bolasport.com dari Sky Sport MotoGP.
"Jika satu pembalap yang menang, itu adalah situasi terbaik, lihat saja Marc Marquez bersama Honda."
"Lebih baik memiliki satu pembalap yang memenangkan kejuaraan daripada banyak pembalap yang tampil bagus tetapi tidak juara."
Baca Juga: Lorenzo: Medsos Bikin MotoGP Kurang Asik, Pembalap Lebih Sibuk Pencitraan
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |