"Mereka bermain dengan emosi, panik, dan melihat bahwa mereka lebih baik dari Fajar/Rian, akhirnya panik sendiri."
"Seharusnya mereka belajar dari beberapa pertemuan sebelumnya, Fajar/Rian mendominasi mereka."
"Seharusnya sebagai pemain yang berada di 10 besar dan meraih medali perunggu di Olimpiade, perasaan seperti itu tidak boleh ada pada mereka."
Lebih lanjut Rexy menjelaskan bahwa anak asuhnya tidak bisa rileks sebelum pertandingan kala bersua wakil Indonesia.
Mereka terlalu banyak berpikir sehingga tidak bisa benar-benar menikmati pertandingan.
"Seharusnya mereka juga merasa 'tidak rugi' karena saya juga melihat Fajar-Rian di lapangan pemanasan," ucap Rexy.
"Mereka berkomunikasi sangat tidak stres, sedangkan pemain kami jika ada latihan, terlalu banyak berpikir."
Memiliki pikiran harus menang apalagi di hadapan publik sendiri memang tidak ada salahnya, ketika bisa mengontrol hal tersebut dan membuat permainan menjadi lebih baik.
Namun, menurut Rexy ketika pemikiran tersebut mengganggu kinerja mereka di atas lapangan maka pikiran-pikiran tersebut harus dihilangkan.
"Berpikir harus menang, harus menang dan sebagainya. Itu pemikiran yang salah, mereka tidak boleh berpikir seperti itu, mereka harus bermain 'tidak ada ruginya'," ucap Rexy mengakhiri.
Baca Juga: Malaysia Masters 2022 - Gagal Lagi di Tangan Wakil Indonesia, Chia/Soh Mencoba Tetap Semangat
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Berita Harian |
Komentar