BOLASPORT.COM - Dalam sejarah Piala Dunia, Iran dan Amerika Serikat pernah tergabung dalam satu grup.
Dilansir BolaSport.com dari Four Four Two, saat itu timnas Iran dan Amerika Serikat tergabung di Grup F Piala Dunia 1998, bersama dengan Jerman dan Yugoslavia.
Pertandingan yang sering disebut sebagai The Mother of All Games itu dilaksanakan pada 21 Juni 1998 di Stade de Gerland, Lyon.
Timnas Iran sukses memenangkan laga dengan skor 2-1 atas Amerika Serikat.
Sebelum laga dimulai, tensi sudah memanas karena memang hubungan kedua negara tak akur sejak Shah Iran yang pro-Barat, Mohammad Reza Pahlevi, digulingkan pada peristiwa Revolusi Iran tahun 1979.
Ditambah penyerangan kedutaan besar Amerika di Iran 4 November 1979, serta dukungan Amerika untuk Irak selama Perang Iran-Irak, membuat hubungan antara kedua negara memburuk.
Syahdan, keadaan tersebut membuat pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, meminta timya, Iran, untuk tidak berjalan menuju ke tim Amerika Serikat.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Jika Berbuat Onar, Inggris akan Larang Warganya Pergi ke Qatar
Karena sabda dari Paduka Khameni yang meminta Iran tidak berjalan ke arah tim Amerika Serikat, perangkat pertandingan pun harus berkompromi.
Mehrdad Masoudi, salah satu petugas media FIFA, bernegosiasi dengan tim Amerika Serikat, dan sebagai hasilnya, The Stars and Stripes berjalan menuju Iran.
"Salah satu masalah pertama adalah bahwa Iran adalah tim B dan Amerika Serikat adalah tim A," jelas Mehrdad Masoudi, dinukil BolaSport.com dari Four Four Two.
"Menurut peraturan FIFA, tim B harus berjalan menuju tim A untuk jabat tangan pra-pertandingan."
"Namun, Pemimpin Tertinggi Iran, Khamenei, memberi perintah tegas bahwa tim Iran tidak boleh berjalan ke arah Amerika Serikat," ujar Masoudi melanjutkan.
Di luar lapangan, menurut laporan Washington Post yang dinukil BolaSport.com, sebuah organisasi teroris bernama Mujahedin Khalq telah membeli 7.000 tiket untuk pertandingan tersebut dan berencana menggelar protes selama pertandingan.
Mujahedin Khalq adalah kelompok teroris yang didanai oleh Saddam Hussein yang tujuan utamanya adalah untuk mengacaukan rezim Iran.
Rencana yang ingin mereka lakukan tentu saja gagal karena tidak diterima di Lyon.
"Dari intelijen yang kami terima, kami tahu siapa pembuat onar utama."
"Kami memberikan foto kepada juru kamera TV sehingga mereka tahu orang mana dan spanduk mana yang harus dihindari," kata Masoudi menambahkan.
Di sisi lain, seusai laga, orang-orang Iran menari di jalan-jalan Teheran berkat kemenangan atas Amerika Serikat.
Sementara itu, Jeff Agoos, mantan bek Amerika Serikat, mengatakan bahwa timnas negaranya melakukan hal yang lebih baik dalam 90 menit daripada yang dilakukan para politisi dalam 20 tahun.
"Kami melakukan lebih banyak dalam 90 menit daripada yang dilakukan para politisi dalam 20 tahun," dikutip BolaSport.com dari The Guardian.
Delapan belas bulan kemudian, kedua tim memainkan pertandingan persahabatan di Pasadena, Amerika Serikat, di mana keduanya bermain dengan skor 1– 1.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | washingtonpost.com, Theguardian.com, fourfourtwo.com |
Komentar