Namun Yunus Nusi menyoroti bahwa konsultan dari FIFA tersebut tidak memperhatikan kondisi di sekitar stadion yang tidak tersedia fasilitas transportasi umum dan kantong parkir yang memadai.
Apalagi stadion tersebut dengan permukiman padat penduduk, tentu hal itu tidak sesuai dengan kondisi suporter Indonesia saat ini.
Yunus Nusi juga mengkhawatirkan kondisi tim tamu yang bakal berhenti di area umum yang dilihat para suporter, karena bus tidak bisa langsung masuk ke lorong dekat ruang ganti.
Baca Juga: PSSI Ungkap Alasan Tidak Pilih JIS Sebagai Tempat Penyelenggaraan Turnamen Internasional
"Tidak salah untuk FIFA membangun stadion sekelas itu, tetapi FIFA tahu di sekitarnya tidak ada jalur kereta api, pemukiman padat penduduk, jalan sempit, dan tidak ada kantong-kantong parkirnya, itu yang bagi kami untuk saat ini belum sesuai dengan karakter suporter Indonesia," ujar Yunus Nusi.
"Lalu ketika nanti tim tamu misalnya, langsung berhenti di area umum, di sana ada pemain-pemain hebat yang juga ada ribuan suporter yang melihatnya."
"Itu kan keamanannya kurang begitu bagus. Ketika bis itu tidak bisa masuk langsung ke dekat akses lorong masuk ke ruang ganti. Itu yang kami khawatirkan," lanjut Yunus Nusi.
Yunus Nusi mengakui bahwa JIS baru layak digunakan di Indonesia dalam 3-5 tahun mendatang.
Namun, dia mengingatkan bahwa karakter suporter Indonesia berbeda di Eropa, seperti yang ada di kepala para konsultan dari FIFA.
Suporter Indonesia tidak sedisiplin di Eropa, sehingga desain masuk penonton ke stadion perlu diperbanyak.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar