BOLASPORT.COM - Empat tahun lalu, pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, mencetak salah satu pencapaian tertinggi dalam kariernya.
Ada alasan kenapa secercah asa akan kebangkitan tetap hadir ketika Anthony Sinisuka Ginting mengalami masa sulit pada pengujung tahun 2021 hingga paruh pertama 2022.
Pembuktian Anthony bahwa dia berada di level yang sama dengan jawara tunggal putra saat ini menjadi alasannya.
Reputasi sebagai pembunuh raksasa sudah disandang Anthony sejak debutnya di Indonesia Open 2015. Saat itu usianya masih 18 tahun.
Anthony mengundang decak kagum ketika melaju ke perempat final turnamen level Superseries Premier itu.
Pemain jebolan SGS PLN Bandung tersebut lolos ke babak delapan besar dengan mengalahkan jawara India, Kidambi Srikanth, yang menjadi unggulan keempat.
Langkah Anthony akhirnya dihentikan oleh Kento Momota (Jepang) yang akhirnya menjadi juara.
Pertandingan ini mengawali rivalitas antara Anthony dengan Momota yang sering disebut dengan MomoGi, Momota-Ginting.
Anthony telah membalas kekalahannya dari Momota sejak Vietnam Open 2015 yang berlangsung dua bulan setelah Indonesia Open 2022.
Baca Juga: Hasil Final China Open 2018 - 2 Gim 2 Comeback, Anthony Ginting Juara!
Meski begitu, ketika berbicara soal kemenangan Anthony yang paling mengesankan atas Momota, final China Open 2018 adalah jawabannya, setidaknya kandidat terkuat.
Tanggal 23 September 2018 di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, China, Anthony mengalahkan Momota dalam pertandingan yang berlangsung seru.
Pergerakan cepat dan pengembalian menipu yang telah menjadi ciri khas Anthony mampu membongkar pertahanan kukuh Momota.
Kebangkitan Anthony dari ketertinggalan 14-19 untuk berbalik unggul 23-21 pada gim pertama menjadi kunci.
Poin kemenangan pada gim pertama dicetak Anthony dengan impresif.
Anthony mendapatkan momentum dari netting yang menipu Momota.
Momota masih dapat mengantisipasinya. Namun, karena tidak siap, pengembaliannya tidak maksimal. Anthony memanfaatkannya untuk menyerang.
Anthony sempat melepaskan tiga smes keras beruntun tetapi masih dapat dikembalikan oleh Momota.
Kendali permainan masih berada di tangan Anthony.
Baca Juga: 8 Fakta Kemenangan Anthony Sinisuka Ginting pada Final China Open 2018
Sesudah melepaskan smes keras ke sisi kanan Momota, Anthony melanjutkannya dengan netting tipis yang membuat Momota terbang ke depan net.
Mendapat bola yang cukup tanggung, Anthony cukup mendorong kok ke sisi belakang bidang permainan.
Penonton, yang sejak awal reli bersorak, memberikan tepuk tangan atas aksi Anthony itu. Komentator resmi BWF, Gillian Clark, menyebutnya "benar-benar brilian."
Anthony memastikan kemenangannya dengan kembali menang pada gim kedua. Laga berakhir dengan skor 23-21, 21-19.
#OnThisDay in , @sinisukaanthony beat world champion Kento Momota for the biggest victory of his career. pic.twitter.com/wIyh3vmSqH
— BWF (@bwfmedia) September 23, 2022
Satu-satunya Pemain Non-Unggulan yang Memang
Kesuksesan Anthony menjuarai China Open 2018 makin luar biasa karena dia berangkat sebagai pemain non-unggulan.
Risiko melawan pemain besar sejak babak awal turnamen level Super 1000 itu tak membuat pemain berdarah Batak tersebut gentar.
Justru tinta emas yang dibukukan Anthony karena dia menjadi kampiun dengan menyingkirkan empat pemain berstatus juara dunia.
Pada babak pertama Anthony mengalahkan salah satu GOAT (greatest of all time/terbaik sepanjang masa) di bulu tangkis, Lin Dan (China).
Baca Juga: Tinggal Tunggu Waktunya, Orang Sekeras Viktor Axelsen Akan Dilibas Tunggal Putra Indonesia
Juara dunia lima kali, dan juara Olimpiade dua kali, tersebut dihentikan Anthony melalui rubber dengan skor 22-24, 21-5, 21-19.
Tren kemenangan Anthony berlanjut ke babak kedua dengan menyingkirkan Viktor Axelsen (Denmark) yang menjadi juara dunia tunggal putra pada tahun sebelumnya.
Anthony mengalahkan sosok yang kini menjadi rival terbesarnya itu dalam dua gim langsung 21-18, 21-17.
Anthony tak terhentikan dengan catatan kemenangan atas juara dunia dan Olimpiade Chen Long (China), Chou Tien Chen (Taiwan), dan Kento Momota.
Hanya Chou Tien Chen, unggulan kelima, yang tidak menyandang status juara dunia.
Namun, kemenangan Anthony atas Chou tidak diraih dengan mudah.
Anthony butuh waktu 1 jam lebih untuk menyingkirkan pemain yang baru saja merebut perak pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Idola Baru Publik Negeri Tirai Bambu
Penampilan kuat Anthony di satu sisi membuatnya menjadi idola baru publik tuan rumah yang punya tradisi kuat dengan bulu tangkis.
Kemenangan Anthony atas dua jawara tunggal putra asal China, Chen Long dan Lin Dan, tak mengurangi besarnya dukungan kepadanya dari pinggir lapangan.
Sorakan "Ginting, jia you!" yang berarti "Ginting, semangat!" terus membahana selama final China Open 2018.
Bahkan Anthony mendapat "surat cinta" dari salah satu relawan China Open 2018.
"Saya banyak belajar dari kamu, kegigihan kamu begitu menyentuh hati saya," tulis relawan yang memiliki nama Wang Yi Fei.
"Banyak sekali teman-teman di kampus saya yang juga kagum sama kamu, mereka sekarang menjadi penggemarmu juga, seperti saya."
Penampilan impresif Anthony Ginting juga menarik perhatian media lokal.
Anthony selalu menjalani wawancara dengan salah satu stasiun televisi China setelah pertandingannya.
Mereka menyebut Anthony sebagai salah satu penakluk unggulan dengan dengan talenta luar biasa dan siap memimpin generasi baru di sektor tunggal putra.
"Kemarin-kemarin saya masih menghadapi pemain Tiongkok, yang kelihatan sekali itu hari ini," tutur Anthony dikutip BolaSport.com dari Badminton Indonesia.
"Hari ini banyak yang mendukung saya, sampai terdengar ke lapangan."
"Terima kasih buat semua dukungan kepada saya, tidak hanya penonton di Tiongkok, tetapi masyarakat Indonesia yang datang di stadion ini atau yang mendoakan di Indonesia."
Baca Juga: Tenang, Marcus/Kevin Tak Kehilangan Hak Istimewa di Kejuaraan biarpun Tak Lagi Nomor 1
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar