BOLASPORT.COM - Media Amerika Serikat, Bleacher Report, ikut menyoroti tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022).
Tragedi Kanjuruhan terjadi seusai laga Liga 1, Arema FC vs Persebaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Pertandingan tersebut dimenangi Persebaya dengan skor 3-2.
Tiga gol Persebaya diciptakan Juninho (menit ke-8), Leo Lelis (33'), dan Sho Yamamoto (51').
Baca Juga: 2 Pelajaran dari Peristiwa Hillsborough yang Bisa Diterapkan di Tragedi Kanjuruhan
Adapun dua gol Arema FC dibukukan Camara (42', 45+2').
Hasil ini menjadi kemenangan tandang perdana Persebaya atas Arema setelah 23 tahun.
Seusai laga, oknum suporter yang tidak dapat menerima kekalahan Arema FC masuk ke lapangan.
Pihak keamanan pun menembakkan gas air mata untuk meredam massa.
Akan tetapi, tembakan gas air mata ini makin memperburuk keadaan karena menimbulkan kepanikan massa yang berujung munculnya korban jiwa.
Korban mengalami sesak napas sampai terinjak-injak saat berdesakan keluar stadion dalam situasi panik.
Jumlah korban meninggal dunia dilaporkan sudah mencapai 127 orang.
Tragedi Kanjuruhan pun mendapat sorotan dari media Amerika Serikat yang berkantor pusat di San Francisco, Bleacher Report.
Dikutip BolaSport.com dari akun Twitter resmi mereka, @brfootball, tampak ada kesalahan informasi.
"Liga sepak bola Indonesia dihentikan selama satu minggu setelah lebih dari 120 penggemar sepak bola meninggal dunia pada hari Sabtu ketika perkelahian meledak antara suporter Arema dan Persebaya Surabaya," kicau akun Twitter @brfootball.
Berdasarkan laporan Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, dalam konferensi pers di Malang, Minggu (2/10/2022) dini hari WIB, tragedi Kanjuruhan bukan kericuhan antarsuporter.
Peristiwa ini bermula saat oknum suporter merangsek turun ke lapangan dengan cara meloncati pagar karena kecewa Arema FC kalah dari Persebaya.
"Mereka turun untuk tujuan mencari pemain dan pihak manajemen, kenapa bisa kalah," kata Nico.
"Sehingga terpaksa jajaran keamanan menembakkan gas air mata," ucap Nico melanjutkan.
Baca Juga: Memilukan, Tragedi Kanjuruhan Jadi Insiden Paling Mematikan Kedua di Sepak Bola Dunia
Nico Afinta juga menyampaikan sudut pandangnya soal penembakan gas air mata yang sudah sesuai prosedur untuk menghalau upaya oknum suporter merangsek turun ke lapangan dan berbuat anarkistis.
Nico menyebutkan bahwa dari sekitar 42.288 suporter, tidak semuanya turun ke lapangan.
"Para supoter berlarian ke salah satu titik di Pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah, banyak yang mengalami sesak napas," ujar Nico.
"Hanya sebagian yang turun ke lapangan, sekitar 3.000 suporter."
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," tutur Nico menambahkan.
Editor | : | Septian Tambunan |
Sumber | : | Twitter.com/brfootball |
Komentar