BOLASPORT.COM - Penyerang Arema FC, Abel Camara, bercerita tentang kondisi saat ratusan suporter tim Singo Edan meninggal di Stadion Kanjuruhan.
Seperti diketahui, laga pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 salah satu momen paling pilu untuk sepak bola Indonesia.
Pasalnya, setelah pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya, Sabtu (1/10/2022) sempat terjadi insiden yang merenggut banyak nyawa.
dilaporkan dilaporkan meninggal saat Stadion Kanjuruhan dihujani gas air mata oleh pihak keamanan.
Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Khofifah Pastikan Pemprov Salurkan Santunan Rp 10 Juta untuk Korban
Salah satu yang menjadi saksi saat pertandingan adalah striker Arema FC Abel Camara.
Camara menceritakan jika sebelum pertandingan suasana di kota Malang cukup panas.
Suporter tim Singo Edan memiliki harapan besar agar mereka bisa meraih kemenangan saat melawan tim rival yakni Persebaya Surabaya.
“Ini adalah derbi yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin.
"Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati."
"Bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini," kata Abel Camara dilansir BolaSport.com dari laman Maistfutebol.
Baca Juga: Duka Kanjuruhan, Laga Timnas U-17 Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U-17 2022 Tanpa Penonton?
Pemain asal Portugal ini menceritakan saat peluit akhir dibunyikan oleh wasit Agus Fauzan.
Saat itu, pemain yang berada di lapangan memberikan gestur minta maaf kepada suporter setelah tim Singo Edan harus harus kalah dengan skor 3-2.
Beberapa suporter mulai turun ke lapangan dan pemain diarahkan masuk ke ruang ganti.
Pihak kemanan mengambil langkah dengan mulai menembakkan gas air mata untuk membubarkan masa.
Suporter yang berhamburan sempat di bawa ke ruang ganti pemain demi mendapatkan udara karena kondisi lapangan sudah penuh dengan gas air mata.
"Ada ketegangan di udara. Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, pagar, kami pergi ke ruang ganti."
“Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong. Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami."
"Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti”, urainya.
Baca Juga: Hormati Korban Tragedi Kanjuruhan, FIFA Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Abel Camara menambahkan jika pemain dan staff Arema FC sempat tertahan beberapa jam di Stadion Kanjuruhan.
Setelah berhasil keluar stadion terlihat beberapa kendaraan yang terbakar.
Namun, perjalanan mereka cukup baik saat meninggalkan lokasi pertandingan.
“Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh."
"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion.
"Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, kami mengambil mobil dan pulang."
"Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," pungkasnya..
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | maisfutebol.iol.pt |
Komentar