Walaupun lebih mendominasi permainan (60%), mereka hanya mampu melepaskan 10 tembakan.
Bandingkan dengan AC Milan yang bisa mengancam 21 kali dari jatah 40 persen penguasaan bola.
Dominasi hambar ini terjadi, menurut Allegri, karena timnya bermain tidak efektif dan lebih sering memainkan back-pass ataupun mengoper secara horizontal.
Pemain seperti ketakutan bola direbut musuh dan diserang balik jika mengoper ke wilayah pertahanan lawan.
"Kami sering bermain mundur ke belakang, alih-alih tetap menekan maju. Inilah yang harus kami perbaiki," ujar Allegri.
"Saat Anda mengoper bola ke belakang, lawan akan menekan maju dan bahkan tidak perlu berupaya keras untuk menekan Anda."
"Kami banyak melakukan kesalahan operan dan harus membayar untuk itu," imbuh pelatih yang membawa AC Milan juara Liga Italia 2010-2011.
Bagi Massimiliano Allegri sendiri, kekalahan ini kembali menempatkan dia di ujung tanduk.
Baca Juga: Alasan Juventus Tak Pecat Allegri, Hangus 776 Miliar dan Siapa yang Mau Bayar Gaji Tuchel?
Tagar AllegriOut yang menuntut pemecatannya bergaung keras lagi di media sosial.
Setelah melakoni 9 laga Liga Italia 2022-2023, Juventus masih tercecer di peringkat 8 dengan 13 poin.
Di Liga Champions, Adrien Rabiot dkk juga dalam posisi sulit untuk lolos ke fase gugur akibat hanya memetik 3 angka, tertinggal jauh dari PSG dan Benfica (7).
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Sportmediaset.mediaset.it |
Komentar