Baca Juga: Apa Gunanya Yamaha Lebih Cepat kalau Tak Bisa Dipakai dengan 1 Tangan?
"Kategori semacam ini (SSP300), dengan motor seberat 140kg dan hanya bisa melaju 225 km per jam di lurusan, tidak ada gunanya," kata Vinales, dilansir dari Crash.
"Pembalap tidak belajar apa-apa. Dan jika Anda punya motor yang lebih cepat 2 kilometer per jam, Anda bisa menang."
"Saya ingat ketika masih kecil dan harus mengendarai motor GP125, jika tidak cukup berbakat, mustahil untuk menang atau mengikuti pembalap yang bagus."
"Saat pertama kali mencoba mengikuti seseorang, saya terpelanting dari motor. Jadi saya belajar. Anda harus berlatih, melakukan beberapa hal dengan benar."
"Tapi sekarang, juga di Moto3, Anda melihat pembalap bertahan dalam grup. Dulu tidak seperti ini dan talenta lebih penting daripada motornya."
"Masalahnya bukan soal usia, bukan soal pembalap, tetapi motornya."
Menurut Vinales tenaga pada motor setidaknya harus sebanding dengan beratnya. Selain itu kualitas suku cadang pada motor juga harus ditingkatkan.
"Motornya tidak punya tenaga tetapi beratnya seperti motor MotoGP. Remnya buruk. Swingarm dari motor jalan raya, jadi masalahnya adalah kategorinya," tambahnya.
"Di usia 13 tahun saya sudah berlomba dengan motor GP125 dan tidak ada yang terjadi karena kami tidak ber-20 dalam satu grup."
"Hanya ada 3-4 pembalap dalam satu grup, tidak lebih, karena sulit untuk mengendarai motornya."
"Pada intinya, motornya terlalu berat, tidak bertenaga, jadi mereka berlomba dalam grup. Itulah masalah terbesarnya menurut saya."
Baca Juga: MotoGP Australia 2022 - Dunia Sedang Terbalik untuk Marc Marquez dan Fabio Quartararo
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | racesport.nl, Crash.net |
Komentar