BOLASPORT.COM - Indonesia saat belum memiliki lagi ganda campuran yang diandalkan untuk bersaing di level atas. Terakhir kali sektor ini mengandalkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dalam persaingan elite dunia.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi ganda campuran terakhir yang meraih medali emas Olimpiade. Pasangan ini meraihnya pada Olimpiade Rio 2016.
Saat ini, ganda campuran senior di pelatnas diisi oleh Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso, Rehan Naufal Kusharjanto, Lisa Ayu Kusumawati.
"Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah dari regenerasinya menurut saya. Jadi, sewaktu saya sama Butet (sapaan akrab Liliyana Natsir). Misalnya, saya waktu itu nomor satu, harusnya estafetnya ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia," kata Tontowi.
Baca Juga: Audisi Umum PB Djarum 2022 - Cerita Tontowi Ahmad Pertama Kali Masuk Tim Pencari Bakat
"Tetapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima dan negara lain pemainnya masih sama," kata Tontowi ditemui di sela-sela Audisi Umum PB Djarum 2022 di GOR Djarum Jati, Kudus, Jumat (21/10/2022).
"Contohnya di China, Zhang Nan/Zhao Yun Lei turunnya ke Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dari Thailand sudah ada (Dechapol/Sapsiree). Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita."
Sementara itu, ganda campuran Indonesia di pelatnas saat ini langsung menjadi nomor satu Indonesia meski seharusnya masih menjadi nomor tiga atau empat nasional.
"Jadi kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal. Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka," tutur Tontowi.
"Mau target apa saat Denmark Open karena sudah kalah pada babak pertama. Jadi memang harus kerja keras. Kalau terlalu santai saat pertandingan itu tidak bisa karena menurut saya mereka masih tertinggal," aku Tontowi.
"Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang. Jadi, yang ada (nasional) nomor empat harus ada di peringkat satu nasional sehingga ada gap disitu mau tidak mau."
"Misalnya saat Sudirman Cup, negara lain sudah menurunkan pasangan nomor satu, sedangkan nomor satu Indonesia seharusnya masih nomor empat (nasional).
Kondisi tersebut menurut Tontowi membuat ganda campuran di pelatnas harus berusaha ekstra keras.
"Bukan menyalahkan pelatihnya. Namun, memang ada gap. Waktu zaman Owi/Butet, Zhang Nan/Zhao Yun Lei, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark), Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, Dechapol/Sapsiree itu sudah ada,"
"Tetapi, mereka belum matang karena masih kalah dengan pemain di atas. Harusnya saat masih zaman tiga wakil ini, ganda campuran Indonesia di bawahnya harus sudah matang," ujar Tontowi.
"Yang sudah matang lengser sehingga pemain di bawahnya naik level dan menjadi andalan setelah pemain teratas Indonesia pensiun. Namun, sekarang pasangan yang masih di bawah ini sudah naik karena nomor dua dan nomor tiganya hilang."
"Ini yang menjadi kendala menurut saya. Bukan berarti gap mereka terlalu jauh. Mereka hanya tertinggal pengalaman dan yang belum punya banyak pengalaman ini disuruh menghadapi musuh berpengalaman yang butuh proses juga," tutur Tontowi.
Pria berusia 35 tahun itu menjelaskan bahwa pergantian pemain terjadi setelah Olimpiade.
"Sama juga kejadiannya dengan ganda putra. Waktu itu 2015, awal mula Minions naik itu dari situ. Dulu ada Ahsan/Hendra, Lee Yong-dae. Minions belum bisa untuk menyodok mereka," ucap Tontowi.
"Minions hanya ramai saja (memberikan perlawanan). Tetapi, setelah kekuatan ganda putra bergeser, sudah tidak ada, mereka (minion) naik. Kayak Ahsan/Hendra untuk naik lagi itu susah karena Minions sudah matang posisinya."
"Bukan tertinggal, kayak misalnya Rinov/Pitha bertemu dengan ganda campuran ketiga China masih bisa menang karena kemampuannya rata. Kualitas pasti bagus di kelasnya. tinggal kita sekelas tidak dengan mereka, pertanyaannya kan begitu," ujar Tontowi.
"Jadi, kualitas itu dari sudut mananya. Contohnya pemain disini punya kualitas yang saat ini mengikuti audisi. Jadi harus dilihat ukurannya dimana. Bukan berarti kalah dia tidak punya kualitas."
"Mungkin zaman Xu Chen/Ma Jin, Zhang/Zhao mereka (ganda campuran lima besar dunia belum punya kualitas. Namun, mereka memiliki kualitas di kelas mereka," ucap Tontowi.
Sementara itu, banyak 543 pebulu tangkis belia lolos ke tahap ketiga Audisi Umum PB Djarum 2022.
Pada tahap ketiga, peserta akan menjalani tahap turnamen. Peserta yang kalah dalam tahap turnamen dipastikan gugur.
Baca Juga: Audisi Umum PB Djarum 2022 - 543 Peserta Ikuti Tahap Ketiga
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar