Meski demikian, Mahfud tetap meyakini gas air mata adalah penyebab kematian 134 orang walaupun tidak secara langsung.
"Belum tentu karena kimianya, melainkan karena penyemprotannya atau penembakannya itu membuat orang lari, sesak napas, pintu tertutup lalu berdesak-desakan itu," kata Mahfud.
Pria yang menjabat Menko Polhukam itu menegaskan apapun hasil pemeriksaan BRIN, tidak mengubah kesimpulan TGIPF bahwa kematian masssal dipicu karena gas air mata.
Sebelumnya, Mahfud MD mengatakan hal tersebut ketika penyerahan hasil Investigasi TGIPF di Istana Kepresidenan.
"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis, dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang ditembakkan, itu penyebabnya," kata Mahfud MD, Jumat (14/10).
Baca Juga: PSSI Gelar Rapat Bersama Satgas Transformasi Sepak Bola Indonesia
Dia juga menjelaskan proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dibandingkan video-video yang sudah beredar selama ini.
Sebab, TGIPF merekonstruksi rekaman dari 32 kamera CCTV yang dimiliki aparat.
"Itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati, semprot mati. Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar, satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya, terinjak-injak, mati," kata Mahfud.
"Ada juga yang memberikan bantuan pernapasan karena satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu, kena semprot juga, mati, lebih mengerikan dari yang beredar karena ini ada di CCTV," ujarnya lagi.
View this post on Instagram
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | kompas |
Komentar