Untuk laporan pembanding itu Komnas HAM menggali dari suporter Arema FC, Aremania yang juga membentuk Tim Pencari Fakta (TPF).
"Lagi diproses sama teman-teman Aremania, sebenarnya kan kami itu bekerja sama dengan teman-teman Aremania yang menemukan juga, mereka membawa ke lab (pilihan) mereka sendiri," ucap Mohammad Choirul Anam.
"Komnas HAM melihat barangnya, melihat bentuknya, membuat surat untuk ke lab itu sebagai satu proses satu yang formal," ucapnya.
Baca Juga: Di Tengah Kompetisi yang Terhenti, PSM Makassar Diguyur Bonus Rp 750 Juta
Di satu sisi, Komnas HAM menyayangkan rekonstruksi yang digelar beberapa waktu lalu tidak ditampilkan adegan penembakan gas air.
"Ketika proses rekonstruksi macam-macam, tidak ada narasi itu, itu memang disayangkan oleh banyak pihak. Itu penyidik-lah yang tahu," ujar Mohammad Choirul Anam.
"Salah satu yang paling penting dalam proses rekonstruksi itu kan sebenarnya rekonstruksi itu kan mempermudah proses, terutama untuk membantu teman-teman Kejaksaan melihat apa sebenarnya yang terjadi."
"Di kasus Kanjuruhan ini khas. Khasnya apa? Kalau dugaannya penyebab kematian utamanya adalah penembakan gas air mata ke tribun, video itu banyak," kata Mohammad Choirul Anam.
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar