Baca Juga: PIALA DUNIA 2022 - Jangan Coba-coba Bandingkan Pele dengan Kylian Mbapp
Anomali serupa dilakoni timnas Yunani pada Euro 2004.
Negeri Para Dewa menjungkirbalikkan prediksi dengan memenangi turnamen bermodalkan permainan pragmatis, tapi efektif.
Theodoros Zagorakis dkk pun mencatat kemenangan beruntun 1-0 sepanjang fase gugur hingga final.
Tim-tim seperti ini menyadari kualitas permainan mereka secara individu mungkin kalah jauh dari para kontestan unggulan.
Namun, kekompakan permainan Singa Atlas sebagai sebuah unit padu kala bertahan secara dalam dan beralih ke mode menyerang frontal menjadi senjata mujarab buat menaklukkan mangsa lebih besar.
Dari 4 laga, bisa diamati kecenderungan timnas Maroko untuk mengorbankan diri diserang lawan, lalu mengintip celah guna menyerang balik secara tajam via sayap-sayap kilat.
Mereka selalu inferior dalam penguasaan bola, yakni saat menghadapi Kroasia (35%), Belgia (33%), Kanada (41,2%), dan Spanyol (23%).
Akan tetapi, kondisi tersebut dikompensasi dengan efisiensi hebat dalam eksekusi peluang dan meminimalkan serangan-serangan berbahaya musuh.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Whoscored.com, FIFA.com |
Komentar