BOLASPORT.COM - Mantan legenda timnas Indonesia, Ferryl Raymond Hattu, sangat prihatin dengan timnas Indonesia sekarang ini yang selalu gagal menjadi juara.
Padahal, dukungan penuh sudah diberikan ke timnas Indonesia, salah satunya lewat bonus.
Situasi ini berbeda ketika di zaman Ferryl Raymond Hattu.
Kapten timnas Indonesia itu bercerita bahwa ia dan rekan-rekannya terus berjuang mendapatkan gelar juara meskipun minim bonus dari pemerintah.
Ferryl Raymond Hattu dkk sukses membawa timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987 dan 1991.
Saat meraih medali emas SEA Games 1987, timnas Indonesia dikasih bonus sekitar Rp 200 juta.
Bonus besar itu diberikan karena timnas Indonesia juara dengan status tuan rumah.
Selanjutnya timnas Indonesia tampil di SEA Games 1989 Kuala Lumpur.
Sayangnya, timnas Indonesia gagal mendapatkan medali emas.
Skuad Garuda hanya mendapatkan medali perunggu.
Baca Juga: Comeback Dramatis atas Persikabo 1973, Bhayangkara FC: Tidak Berhenti Berjuang Sampai Menit Berakhir
Meski gagal mendapatkan medali emas, timnas Indonesia kala itu diganjar bonus cukup besar.
Ferryl Raymond Hattu tidak menyebutkan nominalnya.
"Saya juga beruntung bisa menjadi kapten timnas Indonesia."
"Kami bisa membanggakan masyarakat Indonesia ya mungkin kami dapat bonus sekitar Rp 200 juta waktu SEA Games 1987."
"Lalu pada SEA Games 1989 kami dapat perunggu dan bonusnya juga gede," ucap Ferryl Raymond Hattu.
Baca Juga: Kabar Buruk, Persija Jakarta Harus Kehilangan Syahrian Abimanyu Selama 3 Pekan
Timnas Indonesia kembali bermain di SEA Games 1991 Manila.
Skuad Garuda kala itu lolos ke final dan sukses menjadi juara sehingga mendapatkan medali emas.
Ferryl Raymond Hattu bercerita sebelum berangkat ke Manila, Ketua Umum PSSI Kardono, mengatakan bahwa ia sedang tidak punya uang untuk memberikan bonus.
Kardono hanya menyiapkan uang bonus sebesar Rp 3 juta jika timnas Indonesia meraih medali emas.
"Pak Kardono hanya punya uang bonus Rp 3 juta, padahal SEA Games 1989 kami dapat perunggu dan bonusnya itu lima kali lipat dari SEA Games 1991," ucap Ferryl Raymond Hattu.
Ucapan Kardono itu rupanya membuat down salah satu pemain timnas Indonesia, Ferry Sandria.
Sampai di Manila, Ferryl Raymod Hattu mengumpulkan semua pemain timnas Indonesia.
Sebagai kapten tim, ia meminta jangan melihat bonus Rp 3 juta yang sangat kecil.
Tapi harus memikirkan mendapatkan emas di negara orang itu lebih berharga.
"Saya bilang jangan melihat Rp 3 jutanya, tapi ini kita menang dapat emas di negara orang, bukan di Jakarta seperti waktu 1987."
Baca Juga: Akhirnya! Thomas Doll Bertemu Tim Pelatih Timnas U-20 Indonesia Bahas soal Pemanggilan Pemain
"Saya yakinkan ke pemain karena kita sudah berlatih tiga kali dalam sehari meski bonus hanya Rp 3 juta."
"Terus saya tekankan lagi, mendapatkan emas di negara orang sampai mati tidak akan terlupakan, tidak pernah bisa dihapus dan akan diingat anak dan cucu kita."
"Kalau kemarin SEA Games 1987 dapat emas di Jakarta, ini kita harus juga dapat emas di Manila," ucap Ferryl Raymond Hattu.
Ferryl Raymond Hattu mengakui memang jelang tampil di SEA Games 1991 Manila, para pengurus PSSI sedang tidak ada uang.
Ia juga cerita bahwa IGK Manila selaku manajer timnas Indonesia tidak bisa kasih apa-apa jika mendapatkan medali emas.
Baca Juga: Kepada Media Spanyol, Luis Milla Buka Rahasia Keperkasaan Persib
"Pak Manila itu hanya punya badannya untuk selalu bersama kita, memang saat itu pada tidak ada uangnya."
"Pemain-pemain yang dipilih itu bukan grade A. Yang lolos itu grade B tapi fighting spiritnya grade A, sehingga kami punya kekompakan yang luar biasa," tutup Ferryl Raymond Hattu.
Medali emas SEA Games 1991 menjadi yang terakhir bagi timnas Indonesia mengukir prestasi.
Sampai saat ini, timnas Indonesia belum merasakan lagi medali emas meskipun sudah beberapa kali pergantian pengurus PSSI.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar