Pasalnya, European Super League dianggap hanya memperkaya klub-klub pesertanya.
Hal itu tidak sesuai dengan skema yang diusung UEFA.
Mereka selama ini mendistribusikan sejumlah uang dari hak siar untuk klub-klub kecil dan asosiasi tim nasional di Eropa yang butuh dukungan.
Gelombang protes membuat mayoritas klub penggagas mundur, kecuali Barcelona, Real Madrid, dan Juventus.
Pada akhirnya, ide tersebut seperti berada dalam “tidur panjang” alias tidak ada tanda-tanda berlanjut.
Sedang dalam fase “stasis” tidak berarti ide European Super League lantas padam.
Baca Juga: Wahai Darwin Nunez, Liga Inggris Itu untuk Pria Sejati Bukan Buat Bocah
Dikutip BolaSport.com dari London Evening Standard, para penggagas liga ini tengah menggodok wacana membuat kompetisi baru.
Nantinya, antara 60 hingga 80 klub bisa ikut dalam kompetisi ini.
Format kompetisi tersebut adalah tidak melibatkan klub sebagai anggota permanen.
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | London Evening Standard |
Komentar