Kesulitan Potter menerapkan taktik mungkin dipengaruhi pula oleh kondisi kamar ganti yang dia garap di Chelsea secara kualitas maupun kuantitas.
Nyaris semua pemain dalam skuad gemuk yang memuat 33 awak ini memiliki ego tinggi masing-masing sebagai bintang.
Sesuatu yang tidak dia hadapi di Brighton, di mana Potter menangani sekumpulan pemain muda maupun kurang terkenal dalam skuad ramping untuk dibentuk menjadi unit perang mumpuni.
Baca Juga: Enzo Fernandez, Selamat Datang di Klub Manusia 100 Juta Euro! Awas Zonk seperti Para Pemain Ini
Fan Chelsea pastinya tak mau terus-terusan hopeless atau putus asa melihat kinerja tim yang makin memburuk.
"Saya pikir pemilik Chelsea ingin melakukan hal yang tepat. Mereka memecat pelatih sangat dini pada awal musim ini (Tuchel)," kata Neville.
"Kini mereka punya pelatih pilihan sendiri, membawa asisten rekrutmen bersamanya, jadi klub berinvestasi banyak dalam Graham dan timnya."
"Namun, mereka harus menahan diri dan bersabar jika ingin melihat hasil dari prosesnya," kata mantan kapten Setan Merah.
Frasa "percaya proses" ini menjadi kunci dari kesabaran fan Liverpool dan Man City hingga melihat tim kesayangan mereka berjaya bersama Juergen Klopp dan Pep Guardiola.
Lalu, untuk Graham Potter, apakah hal itu berlaku juga?
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Thesun.co.uk, SkySports.com |
Komentar