BOLASPORT.COM - Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, tidak melihat timnya akan mengubah konfigurasi mesin YZR-M1 dari 4 silinder segaris menjadi V4.
Yamaha bakal menjadi satu-satunya tim pada MotoGP 2023 yang masih kekeh menggunakan mesin inline 4 di tengah dominasi V4.
Pada dasarnya V4 menawarkan keunggulan dalam tenaga sementara inline-4 menguntungkan untuk kestabilan.
Sayangnya, ketertinggalan Yamaha yang terlalu jauh dalam aspek top speed dalam beberapa musim terakhir membuat wacana revolusi ke mesin V4 mengemuka.
Lebih-lebih, peran aerodinamika makin besar di mana tantangannya adalah meminimalisir efek drag yang mengurangi tenaga mesin sebagai ganti dari grip ekstra.
Kedatangan Luca Marmorini, mantan insinyur Formula 1 yang sudah sangat akrab dengan mesin berkonsep V, makin memanaskan rumor ini.
Meski demikian, Manajer Tim Yamaha, Lin Jarvis, menepisnya gagasan ini, setidaknya sebelum siklus regulasi teknis berikutnya mulai 2027.
"Saya tidak bisa membayangkan itu (ganti mesin, red)," kata Jarvis dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
Pria asal Inggris itu sejatinya mengungkapkan bahwa Yamaha tidak menutup kemungkinan untuk mengubah filosofi mesin mereka.
Baca Juga: Kedatangan Luca Marmorini Beri Perspektif dan Harapan Baru untuk Yamaha
Hanya saja, keputusan berganti jenis mesin ke V4 yang dianggap lebih ramping dan lebih menunjang motor, bukanlah sesuatu yang mudah.
Pabrikan MotoGP terakhir yang mengubah konfigurasi mesin mereka adalah Suzuki.
Saat memutuskan hiatus dari MotoGP pada 2012-2014, Suzuki mengembangkan mesin inline-4 dengan kode GSX-R untuk menggantikan GSV-R yang memakai mesin V4.
"Butuh rangkaian tugas yang besar untuk merancang, mengembangkan, dan memproduksi mesin V4 1000cc di MotoGP," ucap Jarvis.
"Jika kami merencanakan untuk regulasi lima tahun berikutnya dari 2027 sampai 2031, itu baru masuk akal," tandasnya.
"Tapi kami pun belum memutuskan mau arah yang akan kami tuju karena regulasi teknisnya belum pasti."
"Seharusnya itu diputuskan pada 2023 nanti, setelah itu kami punya waktu empat tahun untuk mengembangkannya."
"Kemudian dengan teknologi baru, kami memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan mesin baru MotoGP seperti pabrikan lainnya," ucap Jarvis lagi.
Jarvis menekankan bahwa keputusan Yamaha bertahan dengan mesin inline 4 silinder bukan keputusan yang salah.
Baca Juga: 1 Hal Klasik dari Repsol Honda yang Bakal Tak Disukai Joan Mir
Pria asal Inggris itu masih yakin bahwa Yamaha mampu memaksimalkan mesin tersebut dengan cara mereka sendiri.
"Sekarang saya sering dengar kalimat 'Suzuki sudah tidak ada, Yamaha kini menjadi satu-satunya pabrikan yang masih pakai mesin inline'," ucap Jarvis tersenyum.
"Dengan senang hati saya akan menjawab mereka 'Ya, hanya kami yang memiliki keunggulan ini'," tegasnya.
Jarvis mencontohkan bagaimana mesin inline-4 masih bisa bersaing.
Di samping tiga kemenangan Yamaha melalui Fabio Quartararo, Suzuki juga mengemas dua kemenangan melalui Alex Rins pada tiga seri terakhir.
Selain itu dua gelar juara dunia dalam tiga tahun terakhir diraih oleh pembalap dengan mesin inline yakni Joan Mir (Suzuki/2020) dan Fabio Quartararo (Yamaha/2021).
"Jadi, Anda tidak bisa mengatakan bahwa mesin inline tidak kompetitif, bahwa kami kalah karena mesin ini," katanya.
"Yamaha juga finis jadi runner-up pada 2020 lewat Franky (Franco Morbidelli ) dan tahun lalu ada Fabio."
"Kami sangat percaya pada konsep mesin kami dan saat ini kami terus melangkah lebih maju ke arah yang sama."
"Saya tidak bisa membayangkan perubahan jangka pendek. Karena jika kami beralih ke mesin V4 sekarang, kami akan memiliki kerugian yang banyak di awal."
"Kami akan tertinggal, karena sebagian besar kompetitor memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dengan itu," pungkas Lin Jarvis.
Baca Juga: Mentalitas Berbeda Honda dan Ducati, Alex Marquez Akui Sampai Lupa Cara Mengendarai Motor
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar