BOLASPORT.COM - Michelle Pirro kembali mengenang masa-masa sulit ketika dia datang pertama kali menjadi pembalap penguji di tim Ducati.
Sukses besar didapat Ducati pada MotoGP 2022 lalu dengan menempatkan Francesco Bagnaia sebagai juara dunia.
Prestasi yang ditorehkan rider yang pernah menimba ilmu di akademi milik Valentino Rossi tersebut menghapus puasa gelar Ducati selama 15 tahun.
Ya, terakhir kali mereka merajai kelas utama pada musim 2007 bersama Casey Stoner.
Baca Juga: GASGAS Tech3 Luncurkan Livery untuk MotoGP 2023, Satelit KTM Rasa Ducati
Dominasi pasukan Borgo Panigale kian nyata tatkala mereka mampu menjadi juara pada kategori tim dan konsturktor sehingga menorehkan Triple Crown.
Hasil manis yang didapat Ducati pada musim lalu bukanlah hasil yang instan, namun kerja keras secara konsisten dari beberapa musim sebelumnya.
Hal itu diungkapkan oleh Michelle Pirro yang menyandang peran sebagai pembalap penguji Ducati.
Rider asal Italia tersebut ingat betul ketika datang dan melaksanakan tugas mengembangkan performa motor Desmosedici untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Hasil WSBK Indonesia 2023 - Berkah Tak Terduga Bautista Saat Sulit Menyalip di Mandalika
Saat pertama kali tiba pada musim 2013, Pirro menilai bahwa Ducati kala itu memang berada dalam situasi yang benar-benar sulit.
Pabrikan asal Italia itu babak belur walau pada musim sebelumnya mereka memiliki pembalap hebat yakni Valentino Rossi.
Selama dua musim berkostum merah, The Doctor terbilang gagal total dengan hanya meraih tiga podium saja.
Melihat hal tersebut, Pirro memiliki pandangan seperti orang pada umumnya bahwa hanya Casey Stoner yang bisa menjinakkan motor Ducati.
"Saya tiba setelah kegagalan Valentino Rossi," kata Michelle Pirro, dilansir BolaSport.com dari laman Motosan.
"Pada saat itu dikatakan bahwa hanya Casey Stoner yang melaju cepat dengan Ducati."
"Saya selalu berpikir bahwa dia adalah seorang pembalap normal yang membutuhkan sensasi untuk berada di depan seperti Rossi dan pembalap lainnya," imbuhnya.
Sebagai pembalap penguji, Pirro memberikan dedikasi yang luar biasa dengan kerja keras guna menghasilkan input untuk para mekanik dalam mengembangkan Desmosedici.
Alih-alih proses, pembalap berusia 36 tahun itu tak menampik dirinya mengalami kesulitan lantaran tim lebih fokus dengan statistik dan angka.
"Saya bekerja keras memberikan untuk memberi para mekanik apa yang dirasakan pembalap, dan itu membuat motor menjadi lebih baik dan lebih baik," ucap Pirro.
"Awalnya sulit karena mereka hanya mementingkan angka, tapi penting juga untuk membuat mereka memikirkan apa yang dikatakan pembalap," imbuhnya.
Seiring berjalannya waktu, proses yang dilakukan sejak lama mulai membuahkan hasil, Pirro pun merasa bangga dia sempat bekerja sama dengan rider-rider hebat.
Ya, nama-nama seperti Andrea Dovizioso, Andrea Iannone hingga Jorge Lorenzo pernah menjadi rekan dan bahu membahu bersama Pirro untuk memberikan umpan balik.
"Itu mengarah pada pekerjaan yang lebih baik dan lebih baik lagi, untuk bagian saya, saya selalu berusaha melakukan yang terbaik," ucap Pirro.
"Dan saya memiliki kesempatan untuk bekerja dengan pembalap hebat dalam proses ini, seperti Andrea Dovizioso, Jorge Lorenzo, dan Andrea Iannone," imbuhnya.
Baca Juga: Deja Vu Sepang Clash di Mandalika Saat Eks Murid Rossi Halangi Lawan hingga Terjatuh
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar