BOLASPORT.COM - Aura juara yang terpancar dari pembalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, kian kuat. Sapu bersih kemenangan pada seri pembuka MotoGP Portugal membuat pembalap bernomor 1 ini makin difavoritkan.
Bagnaia memborong kemenangan pada lomba sprint dan grand prix pada seri MotoGP Portugal yang digelar pada akhir pekan lalu, 24-26 Maret, di Portimao, Portugal.
Kemenangan ini menegaskan transformasi Pecco dari debutan yang kurang diperhitungkan menjadi calon penguasa baru kelas para raja.
Saat tampil pertama kali di kelas premier pada musim 2019, pencapaian Bagnaia memang kurang meyakinkan.
Embel-embel sebagai Juara Dunia Moto2 dan murid Valentino Rossi gagal membantu Bagnaia keluar dari bayang-bayang pembalap seangkatannya.
Saat Fabio Quartararo menjelma menjadi penantang serius Marc Marquez, Bagnaia terseok-seok dengan catatan hanya tiga kali finis 10 besar.
Akan tetapi, setelah mencetak kemenangan perdananya pada MotoGP Aragon 2019, Bagnaia hampir sulit untuk dihentikan.
Keberhasilan Bagnaia merebut gelar juara dunia dari ketertinggalan 91 poin pada musim lalu tidak terlepas dari tren kuat yang mampu diperlihatkannya.
Sejak GP Aragon 2021 hingga GP Portugal 2023, Bagnaia telah mencetak 12 kemenangan.
Baca Juga: BREAKING NEWS - Hukuman Marc Marquez Tidak Hilang meski Lewatkan MotoGP Argentina
Quartararo yang disebut-sebut pesaing terbesarnya pun cuma menghasilkan tiga kemenangan dalam periode yang sama(!).
Penampilan Bagnaia tentunya tidak terlepas dari dukungan orang-orang di sekitarnya.
Kepala kru, Cristian Gabbarini, turut disebut-sebut sebagai sosok yang mampu membantu Pecco mengeluarkan potensinya.
Sebagai informasi, Gabbarini merupakan kepala kru veteran dengan pengalaman menangani pembalap top seperti Casey Stoner dan Jorge Lorenzo.
Bukan berarti Gabbarini menyulap Bagnaia menjadi rider jempolan dalam seketika. Ada proses yang harus dilalui untuk menemukan kesepahaman.
"Saya adalah orang yang sangat blak-blakan dan terus terang, pada awalnya Pecco sangat sensitif," kata Gabarrini kepada La Gazzetta dello Sport, seperti dikutip Corsedimoto.
Gabarrini melanjutkan bahwa salah satu momen kunci dalam kesuksesan Bagnaia adalah ketika sang pembalap akhirnya mau menyesuaikan gaya berkendaranya.
Bagnaia tadinya meluncur dengan halus di tikungan.
Akan tetapi, Gabarrini mendorong Bagnaia untuk menguasai juga cara Ducati yaitu pengereman yang agresif.
Baca Juga: Legenda Balap Sebut Insiden Marc Marquez Mohon Dimaklumi
"Saya mulai bersikap keras tentang aspek itu, karena di MotoGP jika kita tidak mengerem dengan keras, kita tidak akan menang," kata Gabarrini.
"Saya mengatakan kepadanya bahwa jika dia sensitif, saya bukan kepala kru yang tepat dan kisah kami akan berakhir buruk."
"Ia (Bagnaia) menatap saya, lalu tertawa terbahak-bahak dan sejak saat itu semuanya berubah."
"Dia mulai berlatih keras untuk mengerem dan akhirnya menjadi pembalap dengan pengereman yang lebih kuat, bahkan di atas Andrea Dovizioso," ujar Gabarrini.
Keberhasilan Bagnaia mengunci posisi pembalap nomor satu di Ducati makin memudahkan pekerjaannya dan Gabarrini.
Memegang kendali lebih dalam pengembangan, Bagnaia menemukan sebuah motor yang lebih menyatu dengan dirinya.
"Semuanya bekerja dengan sempurna, motor baru ini sangat cocok dengan gaya berkendara saya, lebih baik dari yang lama," kata Bagnaia
Baca Juga: Quartararo Kembali ke Realita Saat Ekspektasi Kalahkan Bagnaia Masih Terlampau Jauh
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | gazettadellosport.it, Corsedimoto.com |
Komentar