Dalam kondisi ini, pemain membutuhkan orang yang mau mendengarkan ceritanya tentang kekecewaan, kekhawatiran, dan kemarahan yang dialami mereka.
Mereka butuh menceritakan semua pikiran dan mengekspresikan emosinya agar merasa lega.
"Bagaimanapun juga, situasi ini adalah sebuah kegagalan besar dan wajar jika itu menimbulkan kekecewaan dan kesedihan," kata Kulama dikutip dari Kompas.com.
"Pemain butuh didengarkan dan divalidasi emosinya sehingga ia merasa diterima dan memiliki 'teman' yang juga merasakan hal yang sama," imbuhnya.
Saat mendengarkan cerita mereka perlahan, pemain diarahkan untuk mengelola pikiran dan emosinya.
Supaya, mereka bisa lebih tenang dan dapat melepaskan beban pikirannya.
Selanjutnya, pemain juga perlu bantuan untuk mengelola pikirannya dengan membantu menumbuhkan growth mindset.
"Dimulai dari memahami situasi yang terjadi yaitu keputusan FIFA untuk membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023," kata psikolog itu.
"Sehingga, mereka batal bertanding," ucap psikolog yang pernah membantu timnas Putri di aajang SEA Games 2019 itu.
Baca Juga: Ambisi Persib Menangi 3 Laga Sisa supaya Posisi Runner-up Tak Direbut Persija
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar