BOLASPORT.COM - Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, disarankan untuk menerima bantuan dari seseorang ahli mental setelah mengalami periode suram pada MotoGP.
Marquez menghadapi balapan yang sulit dalam mengejar ambisinya menjadi juara dunia namun dengan kondisi fisik yang terbatas.
Kecelakaan mengerikan yang dialaminya pada balapan seri pembuka MotoGP 2020 lalu membuat rencana Marquez menjadi buyar.
Si Semut Cervera itu mampu kembali mengaspal, namun tidak seperti dulu lagi.
Marquez bahkan seakan terlalu memaksakan diri dan kapasitas motornya yang tak banyak mendukungnya hingga di luar kendalinya.
Ya, RC213V mengalami masalah yang belum kunjung berakhir bahkan hingga balapan seri kedua musim ini di Argentina akhir pekan kemarin.
Faktor teknis juga yang diklaim menyebabkan Marquez mengalami cedera fatal pada balapan pembuka GP Portugal.
Marquez mendorong dirinya sendiri melebihi batas kemampuannya hingga menyebabkan bencana bagi pembalap lain.
Baca Juga: Yamaha Bisa Dilema, Franco Morbidelli Bangkit Saat Toprak Razgatlioglu Tagih Kursi di MotoGP
Mantan pembalap kelas 500cc asal Italia yakni Loris Reggiani menjadi salah satu orang yang mengkiritik keras ulah Marquez tersebut.
Namun Reggiani menilai insiden tersebut menjadi puncak kesalahan Marquez dari putaran sebelumnya dengan terlibat kontak pembalap lain.
"Kecelakaan itu adalah sebuah kesalahan, tapi di lap-lap sebelumnya dia sudah melakukan dua atau tiga sentuhan," kata Reggiani dikutip BolaSport.com dari Motosan.
"Marc Márquez berada di luar kendali, benar-benar di luar kendali. Menurut saya, seseorang yang telah memenangkan delapan gelar juara dunia tidak bisa seperti itu."
"Jadi saya pikir ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kami, apakah itu diplopia."
"Mungkin dia ingin menyembunyikan masalah fisik yang lebih besar daripada terus membalap karena mungkin itu hanya terungkap sesekali, ujar Reggiani.
Oleh karena itu, Reggiani menganggap Marquez memiliki masalah lain di luar gaya berkendaranya yang sangat agresif.
"Menurut saya, ia memiliki masalah yang lebih dari sekadar agresivitas di lintasan dari apa yang saya lihat di Portimao, karena ia benar-benar di luar kendali sejak awal," tutur Reggiani melanjutkan.
"Ia terlihat seperti seseorang yang belum pernah mengendarai motor sebelumnya, itu bukan Marquez," ujar Reggiani.
Reggiani berasumsi Marquez mengalami tekanan mental karena ambisinya sendiri untuk mengejar gelar rivalnya dulu, Valentino Rossi.
Pada usianya yang sudah menginjak 30 tahun, Marquez masih terus berambisi untuk menyamai rekor Valentino Rossi yakni dengan sembilan kali juara dunia.
Baca Juga: COTA Menguras Fisik, Enea Bastianini Belum Pasti Kembali pada MotoGP Americas
Bagaimana tidak, Marquez yang sangat superior dan hampir selalu memenangkan balapan pada musim 2019 tiba-tiba mengalami masa-masa sulit seperti saat ini.
Dengan itu, Reggiani menyarankan Marquez perlu mendapatkan bantuan dari seorang psikolog dalam kasus ini.
"Mungkin tekanan dari sembilan gelar Rossi yang ingin ia kalahkan dengan segala cara, tapi dalam hal ini ia membutuhkan psikolog," kata Reggiani.
"Jika Anda membuat lintasan yang lebih aman, dengan lebih banyak lintasan, dengan kerikil yang lebih halus."
"Anda tidak bisa membiarkan seseorang yang memikirkan gelar juara dunia yang dimiliki Rossi lepas kendali," ujar Reggiani.
Marquez sendiri masih belum dipastikan akankah kembali membalap pada seri ketiga GP Americas usai mengalami cedera pada telapak tangan kanannya..
Baca Juga: Yamaha Merosot, Pembalap Incaran Tergoda Aprilia untuk Berkarier di MotoGP
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar