Daniel Sianturi, pengamat sepak bola
BOLASPORT.COM - "Dunia seperti berakhir mendadak," ujar Luciano Di Domenico, seorang Italia yang duduk di samping saya dalam penerbangan dari Jakarta menuju Istanbul pada awal April yang lalu.
Selama penerbangan lebih kurang 13 jam tersebut, saya berbincang banyak dengan pria Italia asal Bologna tersebut.
Kegagalan timnas Italia menembus putaran final pada dua edisi Piala Dunia terakhir menjadi acuan buruknya sepak bola di negara Luciano.
Tadi malam, saya menyapa dan berbincang kembali dengannya melalui aplikasi percakapan.
Topiknya sederhana, yakni kesuksesan wakil-wakil Serie A menembus babak final pada tiga kompetisi antarklub Eropa yang berbeda musim ini.
Sebuah fakta bahwa Inter Milan melangkah ke babak final Liga Champions, AS Roma di Liga Europa, dan Fiorentina di Liga Konferensi Eropa.
Bagi saya pribadi, Serie A selalu punya tempat di hati.
Bukan karena Inter Milan yang merupakan klub favorit, tetapi juga di era 1990-an, kompetisi Italia merupakan sajian paling menghibur dari dunia sepak bola.
Banyak pemain bintang dunia berkumpul dan berpeluh keringat di Serie A.
Daftar pemain terbaik dunia saat itu banyak didominasi oleh mereka yang merumput bersama klub Serie A.
Namun belakangan, terlebih sejak era Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo bergantian menjadi pemain terbaik dunia, klub Serie A seperti sulit meraih hasil maksimal di Benua Biru.
Liga Spanyol dan Liga Inggris bak menjadi yang terbaik dan berada satu level di atas Liga Italia.
Inter Milan merupakan klub Serie A terakhir yang menjadi juara di Liga Champions pada musim 2009-2010.
Sejak itu, paling bagus Juventus sempat dua kali menyentuh babak final Liga Champions.
Namun, mereka dipaksa menyerah oleh duo raksasa Spanyol yakni Barcelona pada musim 2014-2015 dan Real Madrid di musim 2016-2017.
Pada musim 2019-2020, Inter Milan berhasil menyentuh partai final Liga Europa.
Namun sekali lagi, wakil La Liga, Sevilla, merusak mimpi utusan Serie A.
Musim lalu, dahaga juara klub Serie A tuntas lewat Liga Konferensi Eropa.
Jose Mourinho sukses membawa AS Roma meruntuhkan paceklik gelar bagi Serie A di Eropa.
Kompetisi 2022-2023 menjadi musim yang berbeda bagi klub-klub Italia di Benua Biru.
Meski banyak pihak menganggap bahwa keberuntungan saja yang membuat wakil-wakil Serie A berbicara banyak di Eropa musim ini, fakta bahwa ada tiga wakil Italia pada tiga final kompetisi yang berbeda merupakan sesuatu yang wajib diacungi jempol.
Inter Milan akan menantang favorit juara, Manchester City, di final Liga Champions, 10 Juni mendatang di Istanbul.
Sebelumnya, AS Roma berduel dengan wakil La Liga, Sevilla, di final Liga Europa yang akan digelar di Budapest pada 31 Mei.
Dilanjutkan sepekan berselang di mana bentrokan Fiorentina kontra wakil Premier League, West Ham United, di Praha menjadi final Liga Konferensi Eropa.
Keberhasilan musim ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Italia mengingat materi pemain dan kondisi keuangan klub-klub Serie A bukanlah sesuatu yang 'wah' dibandingkan Liga Inggris dan Liga Spanyol.
Memang belum ada garansi ada gelar juara dari wakil-wakil Italia pada final-final kompetisi antarklub Eropa musim ini.
Namun bagi saya, ini merupakan sinyal positif dari Negeri Pizza untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sepak bola Italia telah bangkit.
"Fiorentina dan AS Roma tentu akan menjadi juara, dan Inter Milan akan memberikan kejutan terbesar musim ini," demikian keyakinan Luciano Di Domenico pada saya di akhir percakapan tadi malam.
Apapun hasilnya nanti, saya akan kembali ke Istanbul pada awal Juni nanti untuk menonton final Liga Champions.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar