"Kami telah melakukan kajian dan riset cukup panjang, kolaborasi dengan negara tetangga yang telah lebih dulu menerapkan VAR, seperti Thailand dan Singapura, hingga menetapkan Selected Technology Provider (STP) dari beberapa kandidat yang ada."
"Tentu kami juga harus menyiapkan strategi pendanaan dan harapannya kita bisa jalankan dengan lancar, serta ada akselerasi hingga rencana VAR mulai diterapkan pada awal tahun 2024, yang sudah masuk putaran kedua Liga 1 2023-2024,” jelas Ferry.
PT LIB dan PSSI sudah membentuk tim khusus untuk pelaksanaan VAR di Liga 1 2023-2024.
Asep Saputra yang menjabat sebagai Deputy Director of Competition LIB ditunjuk sebagai Project Leader dari VAR Project Team di Liga 1 2023-2024.
Selain itu, pihaknya senang dengan adanya kerja sama antara PSSI dan JFA (Federasi Sepak Bola Jepang) yang membantu pendidikan wasit-wasit VAR di Indonesia.
“Tetap menjadi sinergi yang positif dan harmonis antara LIB dan PSSI. Terobosan inovatif dari PSSI di bawah Bapak Erick Thohir dalam Referee Development harus kita imbangi dengan akselerasi program sesuai proporsi."
"Proses pelatihan wasit untuk lisensi VAR paling cepat bisa dilakukan dalam 6-7 bulan dan semoga bisa tercapai dengan baik."
"Tentunya kami mengedepankan aspek kualitas sehingga untuk tahap awal ini Komite Wasit bisa menyiapkan 30 wasit VAR, 30 asisten wasit VAR, dan 27 replay operator,” tambah Ferry.
Terkait sistem sentralisasi atau desentalisasi VAR yang akan digunakan, LIB memutuskan untuk melakukan desentralisasi.
Itu artinya, VAR Room akan dipasang di setiap stadion pertandingan BRI Liga 1 2023-2024.
Sebagai referensi, Thailand dan Singapura menerapkan sentralisasi sehingga VAR Room mereka tidak ditempatkan di stadion, namun terpusat di satu area.
Sesuai dengan kajian dan perhitungan yang dilakukan LIB, model sentralisasi ini agak sulit dijalankan di Liga Indonesia karena ada tantangan faktor geografis dan infrastruktur jaringan.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | ligaindonesiabaru.com |
Komentar