BOLASPORT.COM - Mundurnya performa Yamaha pada awal MotoGP 2023 terus dikatikan dengan kegagalan mereka merekrut tim penguji yang andal. Termasuk sempat melewatkan sosok Dani Pedrosa.
Sorotan itu kian tajam setelah tim pabrikan Iwata, Jepang, tersebut terus terseok-seok pada paruh pertama kompetisi MotoGP tahun ini.
Pembalap andalan Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo masih belum mampu juara sama sekali.
Quartararo tercatat baru satu kali naik podium di seri MotoGP Americas.
Bahkan, juara dunia musim 2021 itu sering gagal mengamankan posisi terbaik pada sesi sprint.
Membuat Quartararo kini masih tertahan di peringkat sembilan klasemen sementara MotoGP 2023, dengan hanya mengantongi 49 poin.
Selisihnya dengan pemuncak klasemen, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) cukup jauh.
Pun demikian dengan penampilan rekan setimnya, Franco Morbidelli.
Belum cukup signifikan untuk dibilang meningkat atau bahkan memuaskan.
Baca Juga: Kepala Kru Sendiri yang Bilang, Saat Ini Marc Marquez 4 Kali Lipat Lebih Berharga dari Honda
Yang paling mencolok dari performa Yamaha sepanjang MotoGP 2023 bergulir adalah akselerasi mereka yang kian lama kian terlihat kalah dibanding sejumlah pabrikan lain.
Sebuah pemandangan yang sangat merisaukan bagi tim sebatang kara seperti Yamaha, sejak ditinggal RNF yang kini berlabuh jadi tim satelit Aprilia.
Melansir dari Speedweek, penurunan performa Yamaha kemungkinan berakar dari minimnya kesadaran pabrikan berlogo garpu tala itu tentang pentingnya tim penguji.
Yamaha dianggap sudah terlalu lama tidak serius membentuk tim pengujian untuk YZR-M1 mereka, termasuk setiap kali menunjuk test rider yang justru tidak banyak membawa kemajuan dibanding pabrikan lain yang mulai perlahan melesat.
Dalam empat tahun terakhir, Yamaha sudah berganti test rider sebanyak tiga kali, dari Jonas Folger, Jorge Lorenzo sampai sekarang Cal Crutchlow.
Dari sekian banyak pilihan, Yamaha sempat punya peluang merekrut Dani Pedrosa pada 2018 sebagai test rider usai The Little Spaniard pensiun. Tetapi mereka memilih mengabaikannya yang kemudian kini justru jadi sosok di balik melesatnya KTM.
"Yamaha selalu sangat menghormati Dani, begitu pula saya secara pribadi," ujar Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis.
"Namun, kami selalu memilih opsi lain yang tersedia. Saat Dani pensiun dari MotoGP pada 2018, kami memang lebih memilih Jonas Folger sebagai test rider kami."
"Dari segi tinggi badan, usia, kecepatan, dia lebih mengenal M1 sejak 2017," kata Jarvis.
Pria asal Inggris itu juga mengelak saat mendengar anggapan bahwa kemunduran Yamaha terjadi akibat pembalap penguji yang belum kuat.
Namun ucapan Jarvis justru terkesan menyindir melesatnya performa KTM yang sejauh ini sering memuji dan mengagungkan Pedrosa sebagai salah satu faktor penting mereka mampu meningkat di MotoGP.
"Saya rasa masalah kami sekarang tidak ada hubungannya dengan test rider," tutur Jarvis.
"Kami menderita pada masalah teknis dan pengembangannya. Sedangkan pembalap penguji tidak bertanggung jawab atas desain sepeda motor."
"Hanya orang yang tidak berwawasan yang mengklaim bahwa test rider memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan motor."
"Sangat penting memang punya pembalap penguji yang cepat yang dapat mengatur kecepatan baik di sirkuit MotoGP lalu memberikan pendapatnya. Tapi, sisanya harus diurus oleh insinyur," tandasnya.
Faktanya, keberanian KTM merekrut Pedrosa tidak lepas dari bakatnya yang sangat dikenal oleh mantan kepala krunya sendiri, Mike Leitner yang saat itu menjabat sebagai Manajer Tim KTM Red Bull.
Leitner menjadi kepala kru Pedrosa selama 11 tahun, dari 2004 sampai 2014 silam.
Baca Juga: 'Dengan Banyaknya Kontroversi Marquez, Pembalap MotoGP Lebih Termotivasi Melawannya'
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar