"Drama total adalah Honda dengan Marquez," kata Carlo Pernat, dilansir BolaSport.com dari laman Motosan.
"Yang mungkin telah memahami bahwa dia tidak bisa bernyanyi dan membawa salib dan mungkin telah memutuskan untuk menyerah."
"Dia tidak membalap pada hari Minggu dan itu tidak seperti dia yang biasanya," tuturnya menambahkan.
Lebih lanjut, Pernat menilai Marquez lebih memilih untuk fokus dalam mengembangkan kuda besinya alih-alih tampil ngoyo usai mengalami rentetan crash.
"Dia mungkin sudah memutuskan untuk mengembangkan motornya dan tidak ingin melampaui 100 persen," kata Pernat.
"Karena dia sendiri telah mengalami terlalu banyak kecelakaan yang mempertaruhkan karier balapannya," imbuhnya.
Apa yang dialami Honda pada akhir pekan kemarin merupakan momen terburuk yang pernah disaksikan oleh Pernat di pentas MotoGP.
Bagaimana tidak? Tim berlogo sayap tunggal itu hanya memiliki satu rider yang tampil di grid dari total empat pembalap.
Takaaki Nakagami yang mengaspal di tim satelit Honda (LCR Honda) menjadi satu-satunya harapan.
"Situasi yang sangat buruk, kami pikir pada hari Minggu posisi pertama untuk Honda milik Nakagami, yang lain bahkan tidak membalap," ucap Pernat.
"Situasi Honda ini belum pernah saya lihat dalam karier saya dan ini sangat disayangkan."
"Dua pabrikan Jepang (Yamaha dan Honda) berada dalam kondisi yang sangat buruk," tuturnya menambahkan.
Baca Juga: Jelang MotoGP Belanda 2023: Marc Marquez Tak Lagi Binatang Liar, Akal Budinya Lebih Digunakan
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar