BOLASPORT.COM - Eks pemain asing kondang era 2000-an, Gustavo Chena Ceritakan segudang pengalaman gilanya selama berkarier di Liga Indonesia.
Gustavo Chena menceritakannya kepada media asal Argentina, Infobae.
Seperti yang diketahui, Gustavo Chena sendiri pernah makan asam garam di Liga Indonesia pada periode 2000-an.
Ia mengawali karier di Persija Jakarta pada tahun 2003 lalu mengakhirinya di Gresik United pada 2014.
Selama rentang waktu 11 tahun kariernya di Liga Indonesia, ia menceritakan banyak hal gila selama di Tanah Air.
Menurutnya, Liga Indonesia pada era nya dulu benar-benar mengabaikan proses yang berjenjang untuk mengembangkan sepak bola.
Tentu, ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi di kampung halamannya, yaitu Argentina.
Sangat jauh berbeda soal budaya dan olah raga itu sendiri, di Indonesia sendiri mereka punya fans yang super fanatik seperti di negara kita (Argentina)," ujar Gustavo Chena dilansir BolaSport.com dari Infobae.
Baca Juga: 3 Pemain Muda Debutan Persebaya Tampil Solid, Aji Santoso Beri Peringatan
"Mereka bisa memenuhi stadion dengan kapasitas 80 ribu penonton, tetapi mereka kurang dalam fondasi untuk mengembangkan sepak bola itu sendiri."
"Itu karena mereka lebih senang dengan proses instan. Mereka berlomba-lomba membawa pemain terkenal, tetapi tidak memiliki fondasi untuk pengembangan pemain lokal," ujarnya.
Lebih gilanya, Gustavo Chena menyoroti masalah pemain Indonesia yang kerap makan sembarangan.
"Sebagai tambahan, ketika masuk dalam masalah sikap, itu sangat berbeda, terutama makanan, yang jauh seperti (atlet) di negara kita," ujar Gustavo Chena.
"Ini jadi masalah besar di sepak bola, karena pemain muda dan profesional tidak memilih pendidikan yang memadai (soal gizi)."
"Dan makan ayam goreng sebelum pertandingan atau saat istirahat babak pertama, makan sebuah hamburger, coklat, atau donat."
"Mereka menjaga kebiasaan ini dalam jangka waktu lama karena mereka tidak mau mengubahnya," ujarnya.
Gustavo Chena pernah bertengkar dengan manajer saat berkarier di salah satu klub di Liga Indonesia di ruang ganti usai babak pertama.
Baca Juga: Ayahnya Jadi Ketum PSSI, Anak Erick Thohir Pilih Mundur dari Persis Solo
"Suatu hari, saya bermain di salah satu klub, saya bertengkar dengan manajer klub karena setelah babak pertama, di ruang ganti, alih-alih menyajikan buah-buahan, yogurt, cereals di meja, mereka lebih memilih pizza dan donat," ujar Gustavo Chena dengan nada bercanda.
"Saya berkata pada mereka, 'Mereka sudah gila, bagaimana mereka bisa makan donat sebelum tampil di babak kedua'."
"Tetapi karena sudah biasa dengan itu, jika mereka tidak memakannya, mereka merasa sangat buruk, itu jadi bagian dari pendidikan yang tidak pernah mereka dapatkan," ujarnya.
Sisi gelap paling brutal yang diceritakan Gustavo Chena saat masih berkarier di Liga Indonesia soal tingkah di skuad Timnas Indonesia.
Saat itu, Timnas Indonesia pernah dilatih oleh juru taktik asal Argentina, Luis Manuel Blanco, pada medio 2013.
Gustavo Chena bercerita saat itu pemain Timnas Indonesia mogok latihan, karena menunya terlalu berat.
Karena pemogokan tersebut, pelatih asal Argentina langsung mengundurkan diri dari kursi pelatih Timnas Indonesia.
"Ya, tentu saja. Ada seorang pelatih Argentina, Luis Manuel Blanco, yang memimpin timnas Indonesia dan menyerah karena para pemain tidak memperhatikannya," ujar Gustavo Chena.
"Dia ingin menerapkan semuanya sekaligus dan tidak dapat mengubah apapun."
"Saya mengatakan kepadanya, 'Anda harus melakukannya dengan lambat karena mereka belum siap'."
"Dia mengambil alih dengan ide diet, pelatihan kinerja tinggi, yang sesuai, dan para pesepakbola menentangnya."
"Suatu hari, dia tiba di tempat latihan dan para pemain dari tim nasional sedang duduk mengelilingi lapangan dan mereka mengatakan kepadanya 'kami tidak sedang berlatih'."
"Setelah sebulan, ia harus mengundurkan diri dari Timnas Indonesia karena tidak mau beradaptasi dengan metode kerjanya. Orang Indonesia sangat tertutup (saat itu)," ujarnya.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | Infobae |
Komentar