BOLASPORT.COM - Mantan pembalap MotoGP, Casey Stoner, khawatir Honda dan Yamaha jadi korban kemajuan teknologi yang terlalu jauh dan bisa membuat mereka tertinggal hingga terancam bangkrut seperti Suzuki Ecstar.
Semua mulai terasa sejak MotoGP kembali membuka jalan untuk pengembangan aerodinamika.
Pengembangan aerodinamika ini memang terus menjadi perdebatan seiring dengan tingginya risiko yang harus dihadapi pembalap.
Motor memang bisa melaju kencang, tetapi risikonya pun tak main-main. Ada yang mengeluh bahwa siapa saja mungkin bisa jadi juara karena terbantu aerodinamika yang bagus, skill pembalap malah jadi faktor kesekian.
Salah satu yang memancing perdebatan apa lagi kalau bukan swing arm milik Ducati yang telah dianggap ilegal.
Dari sisi finansial, pengembangan aspek ini juga butuh dana yang tidak sedikit.
Pabrikan-pabrikan Eropa, khususnya Ducati sangat getol mengedepankan aerodinamika ini hingga akhirnya Desmosedici GP mampu menjelma jadi motor paling tangguh di grid.
Namun masalahnya, bagi pabrikan Jepang, kemajuan aerodinamika tidak sejalan dengan prinsip mereka untuk balapan MotoGP.
Baca Juga: Pengakuan Yamaha, 'Kami Alami Masa Suram Bahkan dengan Valentino Rossi'
Hal inilah yang ditakutkan dua kali juara dunia, Casey Stoner.
Mantan pembalap Ducati dan Repsol Honda itu berfirasat bahwa Honda dan Yamaha bisa ikut menjadi 'korban' pengembangan masif dari aerodinamika yang dilakukan pabrikan Eropa.
Parah-parahnya, dua pabrikan Jepang itu bisa gulung tikar dari kancah MotoGP karena tak mampu mengikuti arus perkembangan era saat ini, sebagaimana Suzuki Ecstar yang angkat kaki dari MotoGP per tahun 2023.
"Saya tidak berpikir Honda dan Yamaha harus disalahkan atas situasi saat ini," ungkap Stoner dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Sebaliknya, saya pikir peraturan telah diubah untuk membantu pabrikan Eropa dengan aerodinamika mereka," lanjut mantan rider asal Australia itu.
Stoner pernah menjalani karier di masa saat pengembangan aerodinamika begitu dibatasi.
Namun sekarang, aturan telah berubah dan kemajuannya terlalu pesat.
"Beberapa tahun yang lalu sebenarnya diputuskan untuk melarang semua alat bantu aerodinamis, tetapi kemudian rencana ini tiba-tiba dibatalkan lagi," kata Stoner mengenang.
"Itu sebabnya (sekarang) Suzuki meninggalkan MotoGP dan saya khawatir Honda dan Yamaha juga akan pergi, karena apa yang kami miliki sekarang tidak sesuai dengan komitmen mereka (di ajang balap)."
"Sepeda motor sekarang bagai menjadi mobil Formula 1 dengan roda dua," kata Stoner.
Stoner pun bukan sosok yang setuju jika kemajuan MotoGP terlalu dititikberatkan pada aspek aerodinamika.
Sebab aspek ini menguras banyak sumber daya.
"Aerodinamika menghabiskan banyak sumber daya dan juga lebih sulit untuk mengembangkan sesuatu dengan cepat di Jepang daripada di Eropa, tetapi itulah inti dari aerodinamika," jelas dia.
"Sulit mengatakan apa yang sebenarnya ada di benak para pembuat keputusan di pabrikan Jepang, saya belum berbicara dengan mereka secara pribadi."
"Tapi faktanya mereka sedang berjuang dan mungkin tidak mau mengikuti perkembangan ini."
"Menurut pendapat saya, seharusnya memang tidak ada semua winglet dan semacamnya seperti itu," tutur Stoner.
Baca Juga: Gara-Gara Kesialan 1 Orang, Yamaha dan Honda Krisis Berkepanjangan di MotoGP
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar