Sementara Jiang Zhen Bang, sebagai penggebuk di area baseline juga mampu menunaikan tugasnya dengan baik.
Penguasaan lapangan pemain 22 tahun itu sangat baik, ke mana pun Yuta Watanabe atau Higashino mengarahkan bola, selalu dikejar.
Ia juga sigap meng-cover Wei Ya Xin ketika serangan terus diarahkan pada Wei.
Jika menilik progres Jiang/Wei dalam transisi mereka dari junior ke senior, memang tidak cepat. Wei Ya Xin sendiri malah sebelumnya merupakan pemain tunggal putri, sepantaran dengan Wang Zhi Yi yang masih menggeluti nomor tersebut.
Namun dalam satu tahun terakhir, peningkatan mereka sangat cepat.
Sejak dipasangkan, Jiang/Wei pelan-pelan memulai karier dari seri turnamen International. Hasil awalnya memang belum menggigit.
Pada November 2022 lalu, mereka masih nangkring di peringkat 92 dunia.
Bahkan mereka juga kalah dari Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja saat tampil di final Indonesia International Challenge 2022.
Namun kurang dari satu tahun, progres mereka sangat cepat. Mereka telah meraih emas Kejuaraan Asia 2023, mengandaskan sejumlah wakil ganda campuran top dunia dan meraih gelar turnamen BWF World Tour pertama mereka di Swiss Open 2023 hingga sekarang menduduki peringkat 10 dunia.
Pada Korea Open 2023 kali ini, peluang Jiang/Wei menambah gelar juga bisa bertambah.
Hanya saja, satu hal yang perlu mereka wasapdai adalah pada laga final besok, mereka bakal berhadapan dengan kompatriot mereka, Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping.
Dalam derbi ganda campuran China itu, Jiang/Wei punya rekor yang kurang menyenangkan dengan Feng/Huang sebab sudah dua kali selalu kalah dari pasangan kombinasi senior-junior itu.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar