Terlepas dari kemalangan yang ia alami, tidak bisa dipungkiri bahwa performa motor YZR-M1 memang menjadi biang keladi utama.
Keunggulan M1 perlahan justru seperti menguap dan kian tertutupi oleh kebangkitan motor-motor pabrikan Eropa.
Melihat Quartararo berduel dengan siapa saja dari pembalap bertunggangan Ducati saja, rasanya justru iba karena terlihat kalah tangguh dan cepat.
"Satu-satunya yang saya benar-benar merasa bisa menyalip adalah ketika bersama Franco (Morbidelli)," ungkap Quartararo dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Karena kami berada di motor yang sama dan saya bisa berkendara di jalur yang sama denganya."
"Tapi ketika saya berada di belakang semua motor pabrikan lain, saya sudah mengerem lambat, tapi mereka bisa berakselerasi jauh lebih cepat dan saya tidak pernah sama sekali punya kesempatan untuk melakukan manuver kepada mereka," tandasnya.
Quartataro masih dalam prinsipinya, mengatakan bahwa masalah utama M1 Yamaha adalah mesinnya.
Soal top speed, sebenarnya tidak terlalu jauh tertinggal. Yamaha masih bisa melakukannya. Namun tentang ketangguhan mesin ketika digunakan untuk balapan panjang, itu perlu dilihat lagi.
"Pada akhirnya, mesin adalah aspek utama yang penting digunakan dari awal sampai musim balapan berakhir. Kalau nanti Anda ingin menggunakan aerodinamika, sasis yang berbeda atau ada perubahan sistem elektroniknya, itu bisa dilakukan pada musim berjalan."
"Tapi kalau soal mesin, ini yang harus pertama kali kami perbaiki kalau masih mau mampu bertarung (dalam persaingan MotoGP)," katanya lagi.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar