"Anak-anak mendapatkan dukungan yang kuat dalam mengejar minat olahraga mereka, salah satunya dengan sentuhan langsung para mantan pemain kelas dunia," ujar Greysia.
"Contohnya Li Yin Hui yang sudah pensiun, kembali ke provinsi asalnya di Wuhan dan ia mengajar bulu tangkis," ucap Greysia.
"Saya melihat para mantan pebulu tangkis China kini tersebar di daerah masing-masing. Mereka tidak perlu melatih ke luar negeri, atau main sampai usia yang panjang."
"Mereka sudah punya wadah untuk melanjutkan karier mereka sebagai pembina bulu tangkis yang akhirnya bisa melahirkan generasi baru," aku Greysia.
Didukung support system yang kuat dan besarnya komitmen pemerintah membuat regenerasi bulu tangkis di China memang terus berjalan.
Contohnya, saat ini sudah banyak jebolan kejuaraan U-19 asal China yang sudah mulai unjuk gigi di turnamen level yang lebih tinggi.
Sebut saja Feng Yanzhe (ganda campuran), Liu Shengshu (ganda putri) yang mulai menebar ancaman.
Bagaimana Indonesia bisa mengadopsi inspirasi dari sistem pembinaan China ini?
Pertama, perlunya kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, dan federasi olahraga.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | GP Media |
Komentar