"Saya menghormati pandangan Massimo, kami pun tidak ingin mencari alasan untuk tidak kompetitif. Aturannya memang begitu," kata Jarvis dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"(Tapi) mereka memiliki motor yang kuat dan bersedia menyewakannya (untuk tim satelit, red). Ducati sangat pandai membaca yang tersirat dalam aturan," kata Jarvis bernada sindiran.
Kemudian Jarvis menekankan bahwa enam Ducati saja seharusnya sudah cukup untuk diizinkan berkompetisi.
Sebab buktinya sekarang dengan delapan motor Ducati, mereka terlalu banyak dan mendominasi. Tak jarang 10 besar balapan dihuni sebagian besar para pembalap Si Merah.
"Delapan Ducati itu terlalu banyak. Enam saja harusnya sudah cukup." kata Jarvis.
"Dengan aturan ini dan sekarang ada sprint, mereka (Ducati) memiliki terlalu banyak data. Ditambah lagi berkat komputer modern dan opsi evaluasi, keuntungannya terlalu besar."
"Tidak ada yang menginginkan perebutan Piala Ducati di sini. Bahkan Carmelo Ezpeleta (Bos Dorna) lebih suka memiliki empat motor dari masing-masing pabrikan di grid," tegas pria asal Inggris tersebut.
Di sisi lain, Jarvis juga berharap akan ada anggota baru yang bisa segera mengisi kekosongan Suzuki di MotoGP sekaligus memperbanyak diversitas tim di ajang kelas premier.
Namun dengan catatan ada aturan yang lebih diperbarui sehingga biaya dan segala macam urusan finansial tidak jadi persoalan lagi bagi calon tim baru MotoGP.
Hanya dengan ini, menurutnya kompetisi balap motor paling bergengsi akan terasa lebih sengit lagi.
"Sayangnya Suzuki telah mundur. Itu memang tidak terduga untuk semua pihak, tapi itulah yang terjadi di perusahaan besar," kata Jarvis.
"Pada musim 2024 dan 2025, aturannya harus sama untuk semua orang dan bisa menjamin balapan sengit tanpa biaya selangit. Mereka harus dirancang untuk memotivasi pabrikan lain agar bisa masuk ke MotoGP," tandas Jarvis.
Baca Juga: Marc Marquez dan Fabio Quartararo Dianggap Merusak Citra Honda dan Yamaha
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar