BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis, Kunlavut Vitidsarn kembali ke rumah dengan sambutan hangat setelah menjadi orang Thailand pertama yang memenangkan gelar tunggal putra pada Kejuaraan Dunia 2023 di Denmark pada Minggu (27/8/2023).
Tunggal putra peringkat ketiga dunia itu memastikan gelar juara dunia setelah mengalahkan Kodai Naraoka (Jepang), 19-21, 21-18, 21-7 pada laga yang berlangsung di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark.
Pada Kejuaraan Dunia 2022, Vitidsarn harus mengakui keunggulan Viktor Axelsen (Denmark) pada partai final.
Pemain berusia 22 tahun itu membawa pulang mahkota dunia ketiga untuk Thailand setelah Ratchanok Intanon di tunggal putri (2013) dan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai di ganda campuran pada 2021.
"Saya sangat senang akhirnya bisa meraih gelar juara dunia setelah saya kalah di final tahun lalu,” kata Kunlavut kepada media setibanya di bandara Suvarnabhumi dilansir BolaSport.com dari Bangkokpost.
"Memenangkan gelar juara dunia selalu menjadi impian saya dan akhirnya saya berhasil mewujudkannya."
Vitidsarn sebelumnya sudah mengoleksi tiga gelar juara dunia junior yang didapat secara berturut-turut pada 2017-2019.
Vitidsarn Kunlavut akan mendapat libur minggu ini sebelum kembali beraksi pada China Open 2023 di Changzhou, 5-10 September.
"Saya selanjutnya akan bermain pada China Open (Super 1000) dan kemudian Hong Kong Open (Super 500) pada berikutnya," ucap Vitidsarn.
"Saya akan melakukan yang terbaik di dua turnamen itu dan berusaha mempertahankan performa saya di kejuaraan dunia," ujar Vitidsarn.
Vitidsarn mengaku mengikuti begitu banyak turnamen jelang Asian Games yang sedianya akan dimulai pada 23 September, bisa mempengaruhi tingkat kebugarannya karena ia tidak punya cukup waktu untuk berlatih jelang event di Hangzhou.
"Saya lebih memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh ke depan dan fokus pada pertandingan berikutnya. Saya tidak ingin memberikan terlalu banyak tekanan pada diri saya sendiri," ucapnya.
Baca Juga: Rivan Nurmulki Tak Ikut Asian Games 2022 adalah Keputusan Bersama Pelatih dan PBVSI
"Saya hanya perlu lebih banyak berlatih di sela-sela pertandingan untuk meningkatkan tingkat kebugaran saya. Semua orang tahu gaya permainan saya, tetapi jika saya memiliki stamina yang lebih baik, saya pikir saya cocok untuk siapa pun," tutur Vitidsarn.
Ayah Kunlavut, Nattawat juga berada di bandara untuk menyambut pulang putranya.
"Anak saya mengikuti olahraga ini (bulu tangkis) karena alergi. Jadi, menjadi juara dunia adalah sesuatu yang melampaui impian terliar kami," aku Nattawat.
Adik Kunlavut, Sarunrak, yang saat ini menjadi pemain junior peringkat ke-13 dunia, mengaku turut berbahagia untuk kakak laki-lakinya.
"Saya sangat bahagia untuknya karena saya tahu itu adalah sesuatu yang selalu dia inginkan. Saya berharap suatu hari nanti saya bisa melakukan hal itu (menjadi juara dunia) juga."
Vitidsarn lagi-lagi menjadi momok bagi Naraoka pada dua final Kejuaraan Dunia yakni di level junior pada 2018 dan di level senior tahun ini.
Dia mendedikasikan medali emas yang diraihnya kepada pelatih masa kecilnya yang telah meninggal dunia.
Si Bocah Ajaib Thailand telah berjanji kepadanya bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi juara dunia.
"Saya sangat senang, ini adalah mimpi saya sejak kecil," kata Vitidsarn dikutip BolaSport.com.
"Ketika saya masih kecil, saya telah berjanji kepada pelatih saya bahwa saya akan mendapatkan medali emas. Ia telah meninggal dunia, dan saya mendedikasikan medali emas ini untuknya," ujarnya.
Vitidsarn mengatakan satu dari tiga mimpinya sudah tercapai dengan menjadi juara dunia.
Dua target lainnya yang masih menjadi dalam kejaran adalan menjadi juara All England dan juara Olimpiade.
"Saya memiliki tiga target ketika saya masih muda, Olimpiade, Kejuaraan Dunia dan All England. Sekarang saya telah mencapai salah satunya, jadi tinggal dua lagi," tutur Vitidsarn.
Sebuah target yang tampaknya harus menjadi alarm bagi dua tunggal putra andalan Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.
Tiga turnamen bulu tangkis paling bergengsi menjadi target Vitidsarn.
Di mana sudah lama tidak ada tunggal putra Indonesia yang berdiri di podium tertinggi.
Terakhir kali emas didapat wakil Indonesia adalah Hariyanto Arbi (All England 1993, 1994), Taufik Hidayat (Olimpiade 2004 dan Kejuaraan Dunia 2005).
"Saya harus bersiap untuk pertandingan yang panjang dengan Kodai. Kami tahu permainan satu sama lain karena kami telah bermain sejak masa junior," ucap Vitidsarn.
"Anda harus sangat sabar menghadapinya, dan itu sangat melelahkan, jadi saya tidak punya energi lagi untuk merayakannya," ujar Vitidsarn.
Baca Juga: Fajar/Rian Kena Toksik di Kejuaraan Dunia 2023, Media China Ungkit Marcus/Kevin
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Bangkok Post |
Komentar