BOLASPORT.COM - Ganda campuran Indonesia lagi-lagi habis tak tersisa sebelum babak semifinal. Padahal di Hong Kong Open 2023 peluang terbuka dengan absennya tujuh pasangan top dunia.
Keterpurukan ganda campuran Indonesia sudah mencapai titik genting untuk diselamatkan usai hasil pahit pada Hong Kong Open 2023.
Dari lima pasangan Merah Putih yang tampil, semuanya telah gugur sebelum turnamen memasuki dua fase terakhir.
Banyak yang rontok di babak-babak awal, baik dari wakil pelatnas PBSI maupun wakil independen.
Dua wakil non-pelatnas, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, sama-sama kandas di babak pertama.
Sedangkan tiga pasangan pelatnas juga tak mampu berbicara banyak.
Masih tanpa kehadiran sosok pelatih kepala, tak ada satu pun penghuni pelatnas ganda campuran yang mampu menembus semifinal.
Adnan Maulana/Nita Violina Marwah yang mendapatkan promosi ke babak utama juga tak bisa memanfaatkan dengan baik kesempatan tersebut.
Pasangan peringkat 37 dunia itu terhenti di babak kedua setelah kalah dari wakil Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Lohau, dengan skor 19-21, 18-21.
Hasil yang tidak jauh lebih baik didapat dua pasangan yang tahun ini sempat menembus 10 besar dunia yaitu Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.
Dimulai dari Rehan/Lisa, performa mereka terus menurun.
Dengan tersingkir di babak kedua di Hong Kong Open 2023, pasangan ranking 15 dunia ini tak pernah menembus perempat final dalam 10 turnamen resmi BWF terakhir mereka!
Permainan Rehan/Lisa seperti hilang dan tak greget layaknya pada awal tahun ini di mana mereka mampu menembus semifinal turnamen sebesar All England Open.
Di Hong Kong Open pun Rehan/Lisa seharusnya punya kans untuk melangkah lebih jauh karena status mereka sebagai unggulan keenam.
Namun, Rehan/Lisa kembali menyerah di tangan wakil tuan rumah, Tang Chun Man/Tse Ying Suet, yang kini dilatih eks pelatih ganda campuran pratama PBSI, Flandy Limpele.
Kekalahan mereka dari Tang/Tse dengan skor 22-20, 14-21, 10-21 itu pun merupakan kekalahan keempat kalinya secara beruntun dari lawan yang smaa
Juara Hylo Open ini masih buntu tiap kali menghadapi pasangan duo kidal yang pernah nangkring di peringkat dua dunia lima tahun yang lalu.
Sementara itu, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang menjadi harapan terakhir juga tak mampu berbicara banyak.
Lagi dan lagi mereka tersingkir di perempat final, kali ini kekalahan diderita dari wakil Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie, dua gim langsung 10-21, 18-21.
Kekalahan itu terasa lebih menyesakkan sebab Rinov/Pitha sempat unggul dan hampir memaksa rubber game saat kedudukan 15-10.
Hasil tersebut menjadi rapor merah kesekian bagi sektor ganda campuran Indonesia, khususnya dari pelatnas yang tak kunjung memiliki perpaduan duet berbahaya.
Lebih-lebih di Hong Kong Open, jalan menuju podium begitu terbuka dengan absennya tujuh pasangan top dunia.
Tidak ada nama-nama jagoan seperti Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China), Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand).
Pun demikian dengan Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping (China), Seo Seung-jae/Chae Yu-jung dan Kim Won-ho/Jeong na-eun (Korea).
Jawara baru China, Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin, yang mampu melesat dalam waktu kurang dari satu tahun juga dipecah dengan partner baru di turnamen ini.
Fenomena ini menjadikan ganda campuran sebagai sektor "terlemah" bagi skuad Merah Putih.
Sektor yang pernah menikmati masa kejayaan di era Tontowi Ahmad/Liliyana Nastir itu tergusur tunggal putri yang lebih bertaji sejak melesatnya Gregoria Mariska Tunjung.
Baca Juga: Ujian Mental Fajar/Rian, Tidak Mudah Teruskan Legasi Daddies-Minions dengan Standar Tingginya
Upaya menyelamatkan ganda campuran telah dilakukan PBSI dengan menggeser kepala pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi.
Pria yang sukses membawa ganda putra Indonesia menjadi kekuatan di dunia akan mengisi kursi yang kosong setelah Nova Widianto pindah ke pelatnasnya Malaysia pada awal tahun ini.
Namun, untuk membangkitkan prestasi ganda campuran tentunya membutuhkan waktu, bahkan bagi seorang Coach Naga Api meski dengan pengalaman selama tiga dekade.
Mengutip Kompas.id, mantan pelatih ganda campuran pelatnas, Richard Mainaky, menilai Herry tetap butuh waktu sehingga sebaiknya tidak diberikan target besar jangka pendek seperti medali saat Olimpiade Paris 2024.
Pendapat Richard ini dikuatkan pengamat bulu tangkis, Yuni Kartika, saat berbicara dengan BolaSport.com di sela-sela turnamen Indonesia Para Badminton International di Solo, Jawa Tengah, Minggu (10/9/2023).
"Saya setuju dengan omongan Richard Mainaky ya, pasti itu berbeda melatih ganda putra dengan ganda campuran," kata anggota tim emas Indonesia di Uber Cup 1994 itu.
"Bagaimanapun tidak bisa meminta prestasi dalam waktu singkat itu sudah pasti. Menurut saya, masyarakat jangan berekspektasi tinggi sekali karena ini kan enggak gampang."
"Perpindahan dari ganda putra dan ganda campuran ini efeknya banyak, bedanya jauh, pertama ini melibatkan pemain putri dan pola mainnya juga beda."
"Gimana Herry melihat dan melatih, kita harus kasih ruang, belum lagi penyesuaian atlet dari pelatih A ke pelatih B, tapi mudah-mudahan bisa positif."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Bwftournamentsoftware.com |
Komentar