BOLASPORT.COM - Jalan pembalap Indonesia, Mario Suryo Aji, untuk mendapatkan promosi ke kelas Moto2 menjadi terbuka menyusul kepindahan Ai Ogura pada musim 2024.
Ai Ogura dan Mario Aji berada di ekosistem yang sama sebagai pembalap dalam proyek Honda Team Asia di MotoGP.
Ai Ogura memperkuat Honda Team Asia di Moto2 bersama Somkiat Chantra sedangkan Mario Aji bareng Taiyo Furusato di tim Moto3.
Musim depan, satu kursi Honda Team Asia di kelas Moto2 dipastikan kosong setelah Ogura pindah ke tim MT-Helmets.
MT Helmets-MSI meresmikan duet pembalap Ai Ogura dan Sergio Garcia di tim baru mereka untuk kelas menengah grand prix motor pada 2024.
"Kami sangat senang dengan duo pembalap kami untuk musim depan," ujar Kepala Tim, Teo Martin, seperti dilansir dari Speedweek.com.
"Sergio Garcia and Ai Ogura memiliki kemampuan berkendara yang hebat. Mereka berada di antara pembalap 10 besar di kelas menengah."
"Kami percaya bahwa kami bisa mencapai hasil yang sangat bagus bersama mereka pada 2024," imbuhnya.
Mario Aji kemudian disebut-sebut akan menggantikan Ogura di Honda Team Asia pada Moto2 musim depan.
Baca Juga: Pekan Mengerikan Pembalap Indonesia Mario Aji Berakhir, Ada Harapan di Moto3 India 2023
Kabar ini dikeluarkan secara langsung oleh jurnalis MotoGP kenamaan yaitu Simon Patterson.
Melalui kicauannya di akun Twitternya, @denkmit, Patterson mengatakan, "Dari apa yang saya dengar, Ogura akan digantikan Mario Aji di HTA (Honda Team Asia)."
From what I’ve heard, Ogura will be replaced at HTA by Mario Aji
— Simon Patterson (@denkmit) September 15, 2023
Kesempatan promosi ke kelas Moto2 bisa berdampak besar bagi karier Mario Aji.
Sebab, potensi pembalap asal Magetan, Jawa Timur, itu dirasa terbatasi oleh postur tubuh yang terlalu besar bagi kelas Moto3 yang paling ringan.
Menurut data profil pembalap di laman resmi MotoGP.com, Mario punya tinggi badan 171cm dan berat badan 67kg.
Postur Mario lebih besar dari rival-rivalnya yang sedang menang.
Contohnya adalah pemuncak klasemen Moto3 Daniel Holgado (167cm/58kg) atau David Alonso (162cm/55kg) yang sedang on-fire dengan 3 kemenangan di 4 seri terakhir.
Pun dengan Furusato (161cm/56kg), rekan setim yang mulai mengunggulinya dalam sembilan seri terakhir, ada selisih berat badan 11 kg dengan Mario.
Dalam dunia balap di mana kendaraan dirancang seringan mungkin agar bisa melesat, postur tubuh yang terlalu besar bisa merugikan pembalap.
Kombinasi berat motor dan pengemudi salah satunya bisa memengaruhi performa ban, termasuk soal umur ban.
Di ajang MotoGP, legenda balap yaitu Valentino Rossi menjadi contohnya.
Bertubuh jangkung dengan tinggi 181cm dan berat 69kg, The Doctor mengalami kesulitan sejak MotoGP memakai ban dengan karkas yang lebih lunak pada 2019.
Dalam tiga musim sejak saat itu sampai akhirnya pensiun pada 2021, Rossi, yang lebih memilih ban yang lebih keras, hanya naik podium sebanyak tiga kali.
Ini lebih sedikit dari pencapaiannya dalam satu musim pada 2018 ketika Rossi empat kali finis tiga besar untuk bertengger di peringkat tiga dalam klasemen akhir.
Keluhan Rossi diteruskan oleh adiknya, Luca Marini (184cm/69kg) yang juga terbilang tinggi sehingga mengusulkan aturan batas berat minimal untuk kelas MotoGP.
Tak melulu soal performa motor, pembalap yang lebih besar sebenarnya juga dirugikan karena terbatas dalam upaya menambah massa otot dibanding pembalap yang lebih ringan.
"Saya pikir pembalap yang lebih kecil bisa berlatih lebih keras untuk menambah massa otot, 2-3kg, itu akan membantu mereka untuk mendapatkan energi lebih banyak," kata Marini, dilansir dari Motorsport.com.
Sementara itu, Mario Aji sedang menjalani musim penuh keduanya di Moto3. Tahun ini dia baru sekali mendapatkan poin saat balapan GP Americas dengan hasil posisi ke-12.
Baru mengumpulkan 4 poin, Mario tertahan di peringkat 25 dalam klasemen sementara.
Baca Juga: Se Queda: Joan Mir Bilang Marc Marquez Tetap Repsol Honda, tapi Apa Iya?
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Motorsport.com, Speedweek.com |
Komentar