Di tunggal putra, ada dua pemain yang bertengger di lima besar dunia yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Sedangkan di ganda putra, Indonesia punya pasangan nomor satu dunia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto serta pasangan muda menjanjikan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Dengan skuad yang demikian mentereng, 'seharusnya', mengunci tiga poin lebih dulu atas Korea Selatan yang notabene tim non-unggulan, menjadi hal yang sangat mampu untuk dilakukan Indonesia.
Sayangnya, tim putra Indonesia justru kecolongan. Tiga poin kekalahan Indonesia masing-masing disebabkan kandasnya Fajar/Rian, Jonatan, dan Leo/Daniel.
Hanya Anthony Sinisuka Ginting yang mampu menyumbang angka.
Pertarungan mental memang sering jadi masalah klasik yang mendera para pemain Indonesia, sebagaimana yang tergambar ketika laga beregu tersebut tersaji di Binjiang Gymnasium, Hangzhou, China.
Tekanan, gugup, tidak percaya diri hingga grasa-grusu membuat sebagian pemain Indonesia justru tidak akurat dalam melancarkan serangan.
"Memang sangat disayangkan ya, kita tidak bisa melangkah ke babak selanjutnya," ungkap Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny dalam siaran pers PBSI, menyoal evaluasi tim putra usai kekalahan mengejutkan tersebut.
"Terutama di beregu putra yang di atas kertas bisa melaju ke semifinal tapi kena tekanan yang tidak bisa diatasi,"
"Pastinya kita tidak puas dengan hasil ini tapi saya langsung meminta anak-anak untuk menjadikan ini sebagai pelajaran besar dan motivasi agar tidak terulang di nomor perorangan nanti," tegasnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | BolaSport.com, BWF Badminton |
Komentar