Tim khusus untuk persiapan Olimpiade faktanya memang biasanya dibentuk jauh-jauh hari sebelum ajang tersebut dimulai.
Sebagai perbandingan, sejumlah mantan pelatih hingga legenda bulu tangkis Tanah Air pun menuturkan bahwa saat masa-masa mereka masih melatih dan bermain, biasanya selalu ada tim atau program persiapan yang sudah dicanangkan dengan serius.
"Biasanya, setahun sebelum Olimpiade sudah ada ’tim sukses’ karena atlet yang berpotensi lolos pasti sudah terlihat," ujar mantan Pelatih kepala ganda campuran di PBSI, Richard Mainaky.
"Selain manajer dan pelatih, dalam tim itu ada dokter, ahli nutrisi, fisioterapis, terapis pijat, dan psikolog untuk membantu atlet," ucap pelatih yang sudah pensiun itu.
Perkataan Richard bisa divalidasi karena ia juga merupakan pelatih yang pernah mengantarkan para ganda campuran legendaris dalam lima edisi olimpiade.
Dari Tri Kusharjanto/Minarti Timur (Olimpiade Sydney 2022), Nova Widianto/Liliyana Natsir (Beijing 2008), Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Rio de Janeiro 2016) hingga terakhir di Tokyo 2020.
Richard menambahkan bahwa harus ada komunikasi yang terbuka antara pelatih dan pengurus.
Misalnya ada target tak sesuai dengan hasil pemain, maka pelatih bisa mengajukan partisipasi turnamen cadangan demi memburu poin kualifikasi atau meningkatkan kepercayaan diri pemain.
Namun, itu juga tentu harus dibarengi dengan kemauan pihak manajemen kepengurusan untuk mengeluarkan dana lebih untuk mengikuti turnamen tambahan.
"Pelatih harus berani mengutarakan pendapat karena mereka yang paling tahu kebutuhan atlet, sementara PBSI harus memenuhinya, termasuk siap dana untuk turnamen tambahan," tutur Richard.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Kompas.id |
Komentar