BOLASPORT.COM - Tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen, mengeluhkan keadaannya sendiri dan sistem BWF yang membuatnya terpaksa bakal ikut French Open 2023 dan bertanding dalam keadaan cedera.
Axelsen sekali lagi akan memaksa dirinya bertanding dalam keadaan cedera pada French Open 2023.
Risiko mengalami cedera lebih parah jelas berpotensi akan ia hadapi.
Namun, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 itu tidak punya pilihan lain karena peringkatnya dalam Race to Finals untuk lolos ke BWF World Tour Finals 2023 belum aman.
Situasi ini dikeluhkan oleh Axelsen sendiri.
Ia merasa sudah tampil cukup dominan dengan mengoleksi tiga gelar juara World Tour bergengsi seperti Malaysia Open 2023, Indonesia Open 2023 dan China Open 2023 yang semuanya bertaraf Super 1000.
Tetapi nyatanya poin yang ia kumpulkan belumlah cukup untuk menjamin penampilannya bisa terlihat di ajang penutup musim BWF World Tour Finals 2023 di Hangzhou, China, Desember mendatang.
"Saya pikir gila bahwa saya telah memenangkan tiga turnamen Super 1000 dan masih harus menanggung risiko untuk tetap bermain dalam keadaan cedera," kata Viktor Axelsen dikutip BolaSport.com dari TV2 Denmark.
Baca Juga: Asian Para Games 2022 - Bikin Kejutan, Saptoyo Purnomo Sabet Emas Pertama untuk Indonesia
"Tapi ya begitulah adanya, itu bagian dari pertandingan," tandasnya.
Axelsen mengalami cedera hamstring pada pekan lalu.
Ia sempat nekat tampil di turnamen kandang Denmark Open 2023 dan berlaga di babak pertama.
Namun kemudian, di babak kedua ia memutuskan mundur karena cederanya terasa sakit tak tertahankan.
"Itu bukanlah hal keren jika harus turun ke lapangan berlaga dan mengetahui bahwa Anda tidak akan bisa menyelesaikan pertandingan," tandasnya.
Dalam sistem BWF, pemain yang absen dari suatu turnamen jelas tidak akan mendapat poin.
Mendaftarkan diri saja lalu batal tampil tidaklah cukup.
Para pemain tetap harus turun ke lapangan, bermain beberapa kali sebelum memutuskan mundur, dan poin dari babak pertama baru bisa didapatkan.
Belum lagi kewajiban mengikuti turnamen level Super 750 ke atas bagi para pemain top juga memaksa Axelsen harus tetap berangkat.
Jika tidak, ia bisa dikenai denda.
Cedera Axelsen sendiri mulai dirasakan setelah ia menjuarai China Open 2023.
"Saya banyak berlatih setelah perjalanan ke China dan Hong Kong, mungkin merasakan sedikit nyeri pada hamstring," kata Axelsen.
"Namun saya mulai sering merasakan nyeri pada otot tersebut. Lalu saya pikir saya hanya akan akan beristirahat sebentar dan kemudian bisa siap lagi, tapi ternyata yang ini agak berbeda."
"Saya mengalami hari-hari yang baik tetapi juga ada yang kurang baik, jelas ini membuat frustrasi," katanya.
Sementara itu, komentator bulu tangkis senior dari Denmark, Jim Laugesen mengkritisi sistem peraturan BWF untuk pemeringkatan menuju BWF World Tour Finals 2023.
Di mana pemeringkatan itu berdasarkan partisipasi pemain pada setiap turnamen World Tour dari level Super 300 sampai Super 1000.
Hanya delapan pemain terbaik dari setiap nomor yang bisa mengikuti turnamen penutup musim itu.
Tetapi pada akhirnya sistem ini membuat para pemain yang lebih 'rajin' ikut turnamen meski tidak pernah juara, menjadi lebih banyak mengumpulkan poin dan bisa lolos ke World Tour Finals.
Menurut Laugesen, harusnya BWF hanya menggunakan turnamen level tinggi sebagai tolok ukurnya.
"Menurut saya itu gila. Saya tahu sulit membuat sistem seperti itu, akan selalu ada masalah, tapi jujur saja menurut saya ini cukup gila," kata Jim Laugesen.
"Pemain yang terbaik layak ke World Tour Finals, dan pemain terbaik adalah mereka yang memenangi turnamen Super 1000."'
"Saya tidak setuju kalau pemain (yang sudah menang) harus berdiri di sana bersama pemain-pemain lain yang bahkan belum pernah memenanginya, lalu masih harus ambil risiko (ikut turnamen banyak)."
"Seperti yang dikatakan Viktor, bagaimanapun itu aturannya, kemudian Anda berakhir dalam situasi di mana para pemain dipaksa untuk tetap bermain bahkan jika mereka dalam keadaan cedera," ketusnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | TV2 Sport Denmark |
Komentar