BOLASPORT.COM - Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, secara perlahan terus berusaha menemukan celah raja bulu tangkis, Viktor Axelsen (Denmark) yang sampai saat ini masih sulit dikalahkan.
Jonatan terus mengumpulkan persiapan untuk menuju BWF World Tour Finals 2023 yang akan bergulir pada 13-17 Desember 2023 di Hangzhou, China.
Pada Sabtu (9/12/2023) nanti, skuad bulu tangkis Indonesia akan bertolak menuju Hangzhou untuk mempersiapkan diri menuju turnamen penutup musim tersebut.
Persiapan yang dilakukan Jonatan ingin dimaksimalkan mengingat ia akan menjalani turnamen degan dua status spesial, sebagai seorang suami sekaligus tunggal putra unggulan.
Tak cuma itu, harapan tinggi juga tertuju pada pemain 25 tahun tersebut mengingat tren menanjak yang ia tampilkan setelah berhasil menjadi kampiun pada French Open 2023.
Menyadari bahwa akan adanya ekspektasi tinggi dan keinginan untuk membuktikan diri di turnamen bergengsi, Jonatan tentu telah memetakan calon-calon lawan kuatnya.
Salah satu yang paling diwaspadai tentunya adalah Viktor Axelsen, pemain nomor satu dunia sekaligus juara bertahan BWF World Tour Finals.
Pada BWF World Tour Finals 2023 nanti, Jonatan berpotensi berada satu grup dengan Axelsen karena pemain asal Odense, Denmark, itu tampil sebagai underdog.
Walau menjadi pemain dengan gelar terbanyak di BWF World Tour musim ini dengan lima trofi, Axelsen jarang tampil karena gampang mundur begitu merasa fisiknya bermasalah.
Sepanjang tahun 2023 juara turnamen Finals empat kali itu hanya mengikuti 11 turnamen BWF World Tour.
Padahal sebagai pemain top dia minimal bertanding 12 kali dan ini tanpa menghitung BWF World Tour Finals.
Hal ini membuat Axelsen tak masuk ke empat besar pada ranking akhir Race to Hangzhou. Dia hanya menempati peringkat lima sehingga berstatus non-unggulan.
Menyadari ada risiko menghadapi Axelsen sejak babak penyisihan grup, Jonatan, yang berstatus unggulan kedua, mempersiapkan amunisi sebanyak-banyaknya.
Saat berbicara dengan BolaSport.com dan awak media lainnya pada Rabu (6/12/2023) di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Jonatan membeberkan bahwa persiapannya tak hanya soal teknik.
Dia telah berkonsultasi dengan psikolog hingga menyadari kebiasaan-kebiasaan di lapangan yang tadinya kurang diperhatikan ternyata bisa berpengaruh besar.
"Ketika saya selalu diskusi tentang keseharian saya di lapangan, latihan, sampai terakhir ketemu Axelsen, banyak hal seperti momen-momen atau pembelajaran yang mungkin dulu saya tidak tahu," kata Jonatan.
"Hal itu karena dari dulu, kami hanya berbicara soal teknik di lapangan."
"Tetapi, kami tidak berbicara soal bagaimana dari segi psikologi bahwa ternyata ada beberapa hal yang saya tidak tahu dia melakukan itu atau tidak, tetapi ilmunya ada."
"Memang beberapa pergerakan, cara dia melakukan sesuatu gerakan, ada hal yang perlu dipelajari," jelasnya.
Tahun ini Jonatan berhadapan dengan Axelsen sebanyak empat kali dan selalu kalah.
Terakhir, Jojo kalah di perempat final Kumamoto Masters 2023 (21-15, 18-21, 9-21) meski sudah merebut gim pertama dan sempat membalikkan keadaan pada gim kedua.
Adapun secara keseluruhan Jonatan sudah kalah 8 kali dalam 10 pertemuan dan belum pernah menang lagi atas Axelsen semifinal sejak French Open 2019 (7-21, 22-20, 21-19).
Kekalahan Jonatan lebih dari sekadar faktor percaya diri. Sebab, dia mengaku tidak pernah takut saat melawan Axelsen.
Akan tetapi, dengan belajar membaca gestur tubuh, Jonatan perlahan mulai mengurai apa saja yang bisa membuat Axelsen cemas atau tertekan.
"Dan ketika saya berdiskusi dengan psikolog saya, ada hal yang perlu dilakukan untuk meng-counter," papar Jonatan.
"Jadi tentang berhadapan dengan Viktor, memang bukan hanya sekadar bicara teknik di lapangan tetapi juga non-teknisnya perlu diperhatikan dan dilawan juga."
Walau demikian, Jonatan sangat paham, cara menelaah kelemahan lawan sekelas Axelsen bukan tugas yang mudah. Kesabaran dan ketelatenan menjadi kunci.
"Kita juga tidak tahu ya, ke depannya bisa lebih mendekati lagi atau memenangkan pertandingan, kita juga tidak tahu," ujar Jonatan.
"Yang penting, tetap usaha. Saya pasti melakukan yang terbaik, semua pemain punya peluang yang sama."
"Dan saya akan melakukan semaksimal yang saya bisa. Strategi juga bukan hanya strategi bermain tetapi juga bagaimana kita memancing emosi."
"(Hal itu karena) kami (pemain) dipancing emosi itu salah satu strategi juga, salah satunya seperti saat kami menghadapi intimidasi Viktor," jelasnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar