“Terkadang orang sering mengatakan untuk bangkit lebih kuat tapi kita tidak tahu bagaimana para pemain menafsirkannya," kata Rexy, dikutip BolaSport.com dari Berita Harian.
"Bukannya saya tidak menyukainya tapi terkadang, pemain perlu dikritik," ujarnya.
“Saya tidak ingin menjadi pelatih seperti orang tua yang sering mengatakan kepada anak-anaknya bahwa melakukan hal-hal buruk tidak apa-apa."
"Jika saya melakukan itu, saya sebenarnya 'membunuh' mereka secara perlahan," tuturnya.
Rexy menilai istilah seperti itu justru membuat pemain seperti dimanjakan.
Hal itu tentu sebuah kekeliruan di mana seorang atlet memang dituntut untuk tampil bagus dengan membawa nama negara.
"Sampai kapan mau dimanjakan? Kenapa bisa mengkritik pelatih tapi tidak pemainnya?," imbuh Rexy dengan tegas.
"Kita mengkritik pemain atas dasar cinta. Saya tidak menyalahkan netizen tapi seperti saya bilang, terkadang harus sedikit kasar."
"Kalau suporter sering bilang tidak ada masalah meski (aksinya) mengecewakan, tentu mereka akan merasa nyaman," lanjut Rexy.
"Apa yang diucapkan setiap hari, itu akan mempengaruhi mental mereka," kata Rexy.
Baca Juga: Teka-teki Masa Depan Yeremia usai Ditinggal Pramudya ke Australia
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Bharian.com.my |
Komentar