"Itu adalah masalah besar. Menurut saya, olahraga itu (MotoGP) berbahaya. Sebagai seorang pembalap, saya bisa meyakinkan Anda bahwa terkadang akan lebih lelah saat menjalani sprint dibandingkan saat balapan utama."
"Secara fisik, motor menjadi semakin menuntut. Saya rasa kita seharusnya tidak memerlukan sprint di setiap Grand Prix," kata Quartararo memberi usul.
Hal-hal inilah yang membuat Quartararo sudah menghela napas panjang duluan ketika mengetahui bahwa MotoGP 2024 akan bergulir sebanyak 22 seri balapan.
Artinya, akan ada 44 kali balapan, dari kombinasi Sprint dan Race.
Bisa dibayangkan betapa lelahnya para pembalap mengingat sejumlah seri bisa berlangsung dalam tiga pekan beruntun dan berbeda-beda negara.
Sangat kontras dengan ajang Formula1 yang menerapkan sesi sprint tidak pada semua seri, tetapi hanya beberapa seri saja pada setiap musimnya.
"Saya bukan orang yang bisa mengatur segalanya, dan saya tidak tahu apa yang dipikirkan pembalap lain tentang hal itu," kata Quartararo.
"Tapi secara pribadi, menurut saya itu bukan cara yang tepat," ujarnya.
Dorna memang sengaja menambahkan format baru Sprint pada kelas utama MotoGP demi meningkatkan minat penggemar balap motor tersebut.
Terutama untuk meningkatkan kenaikan rating televisi dan menambah daya tarik persaingan karena sprint juga menyediakan poin untuk pundi-pundi klasemen.
Baca Juga: Marc Marquez Diyakini Tetap Sulit Rebut Gelar Juara Dunia MotoGP 2024 Walau Sudah Pindah ke Gresini
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar