Dari sisi personel tim, mekanik dan segenap kru setiap tim juga menjadi lebih sibuk menyusul beberapa seri balapan ada yang digelar dalam tiga minggu beruntun.
Kondisi yang berat dialami pembalap, satu hal kecil saja mereka mengalami masalah, akhir pekan bisa kacau balau. Situasi inilah yang makin membuat Stoner tidak menyukai adanya format sprint.
"Artinya, terlalu banyak hal yang dipertaruhkan," ujar Casey Stoner dikutip BolaSport.com dari GPOne.
"Terlalu banyak hal yang terjadi setiap akhir pekan balapan."
"Menurut saya, kita (MotoGP) memang berusaha untuk semakin meniru Formula1, hanya saja, di sini kita juga memiliki lebih banyak sistem elektronik (yang rumit di sepeda motor)," kata pembalap asal Australia itu.
Keinginan Dorna membuat MotoGP semenarik Formula1 dengan penambahan sprint sejatinya agak kurang tepat. Sebab F1 sendiri hanya menambahkan format sprint ke beberapa seri saja dalam satu musim, tidak seluruh seri seperti yang diterapkan di MotoGP.
"Sekali lagi, untuk meniru Formula1, Sprint yang menjadi berita besar musim ini. Namun, hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan karena MotoGP motornya kencang."
"Panjang motornya hanya satu setengah meter dan dalam satu tikungan, bisa ada delapan pembalap berdekatan."
"Sedangkan di F1, hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Jadi harusnya tidak perlu meniru mereka dengan sprint," tandasnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar