Dalam wawancara dengan Mat Oxley di The Bike Magazine, Marquez bahkan mengaku bosa saat mencoba untuk melakukannya pada musim lalu.
"Setelah jeda musim panas saya berkata kepada diri saya sendiri untuk berlomba dengan lebih tenang, jadi saya mulai mengendarai motornya dengan cara yang aman.
"Tapi, itu sangat membosankan! Bagi saya, rasanya seperti mimpi buruk untuk pergi ke sirkuit dan berlomba dalam mode mudah dan bersaing untuk posisi ke-15."
Rentetan kecelakaan dalam dua balapan terakhir sebelum paruh musim, termasuk GP Jerman di mana dia tadinya otomatis menang, telah mengganggu mental Marquez.
Masih adanya niat untuk menghormati kontraknya dengan Honda yang seharusnya selesai pada akhir tahun ini juga membuat Marquez memilih pelan demi pengembangan daripada cepat tapi belum tentu menang.
Hanya, mentalitas juara membuat Marquez kembali ke mode kerasnya walau dengan konsekuensi harus mengakhiri relasi panjangnya dengan Honda.
"Saya tidak bisa berlomba tanpa risiko," ujarnya sambil tersenyum.
"Terkadang saya mencoba bermain aman, tetapi bahkan dalam balapan terakhir saya bersama Honda, ketika tidak ada lagi hasil yang bisa dikejar, saya mendorong diri saya 100 persen."
Dongeng kebangkitan Marquez akan mencapai puncak apabila dia berhasil merebut gelar juara dunia lagi setelah lima tahun lamanya.
Marquez akan menambah koleksi gelarnya menjadi sembilan, setara dengan Valentino Rossi, mantan idola yang kini menjadi musuh bebuyutan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | MotoGP.com |
Komentar