Dipaksa bertanding hingga rubber game dan hampir tersusul ketika sudah mencetak match point di 20-14, Antonsen dapat menghentikan kebangkitan lawannya untuk kembali merengkuh gelar.
"Saya sangat ketakutan untuk kalah di gim ketiga, lalu tiba-tiba saya mulai merangkak kembali ke sana," ujar Antonsen, dilansir dari BWFBadminton.com.
"Mendapatkan poin terakhir memberikan kelegaan besar," ucapnya merujuk permainan agresif di reli terakhir yang akhirnya membuahkan poin kemenangan.
"Saya sudah berada di mode panik sejujurnya dan itu tidak bagus. Saya mulai menyerang secara sembrono dan berhenti mengikuti strategi saya."
"Saya harus belajar dari sana."
Dibandingkan Axelsen yang masih belum tergusur dari takhta raja bulu tangkis dalam tiga tahun terakhir, Antonsen tertinggal dalam aspek konsistensi.
Axelsen mampu memaksimalkan penampilannya di sebuah turnamen yang jarang-jarang.
Sangat memprioritaskan kesehatan, Juara Olimpiade ini memang tak segan untuk mengundurkan diri di tengah jadwal turnamen yang padat.
Meski begitu, dalam 13 turnamen individu terakhir yang diikuti, Axelsen mampu menjuarai enam ajang dan hanya dua kali tersingkir di babak-babak awal karena kalah dalam pertandingan.
Adapun Antonsen masih sering mengalami kekalahan prematur.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com, BWFBadminton.com |
Komentar