"Saya memahami Xavi. Dalam kasus saya dibandingkan dengan Xavi, saya memiliki konflik dengan presiden [Joan Laporta]."
"Dalam kasusnya, sebagai orang Catalunya dan anak klub, ia juga menemukan bahwa menjadi pemain jauh lebih menyenangkan dan indah daripada menjadi pelatih."
"Itu [menjadi pelatih] juga sangat sulit bagi saya," tutur Koeman menambahkan.
Lebih jauh, Koeman juga menilai media eksternal dan konflik internal terutama politik di dalam klub semakin memberatkan kerja Xavi.
Baca Juga: Menang dengan Cara Nekat, Man City Satu Golongan dengan Man United
"Dengan segala hormat, Xavi adalah seorang pelatih di Qatar," kata Koeman melanjutkan.
"Kemudian dia bergabung dengan Barcelona. Di sana semuanya akan menjadi tanggung jawab Anda."
"Dia selalu dipuji, tetapi sekarang juga melihat sisi lain. Media memiliki senjata untuk Anda dan situasi politik di klub juga tidak bagus."
"Masalahnya terletak pada pimpinan klub."
"Mereka harus memastikan bahwa seorang pelatih dapat berfungsi dengan baik."
"Saya tidak pernah mengalami gangguan mental, tetapi saya menderita karena tekanan dan stres dari klub."
"Tidaklah menyenangkan ketika anak-anak asuh Anda menangis ketika Anda kalah dalam sebuah pertandingan," ucap pelatih timnas Belanda tersebut mengakhiri.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | ESPN Netherlands |
Komentar