"Mau bertemu siapa pun harusnya bisa mencari cara bagaimana bisa melewatinya. Kedua, memang pada akhirnya di sisa pertandingan ini mereka pasti punya tekanan yang lebih lagi karena mereka ingin bisa masuk Olimpiade juga," tutur Vita.
"Jadi, mereka punya pressure terus. Kami akan coba maksimalkan di 6 pertandingan terakhir ini. Memang dari segi fisik pastinya tidak masuk akal, ikut lima pertandingan sehabis itu istirahat sebentar untuk Kejuaraan Asia."
Menurut mantan partner Flandy Limpele itu menjelang Olimpiade semua pihak bekerja keras demi lolos.
Namun, ada hal tidak biasa di balik perjuangan Dejan memperebutkan tiket Olimpiade.
"Khususnya Dejan tidak pernah ada di level ini sebelumnya. Masuk ke pelatnas pun dia tidak pernah. Biasanya orang seperti Praveen Jordan contohnya. Dulu Jordan berpartner dengan saya, dia tidak pernah ada di level dunia," aku pelatih 43 tahun itu.
"Saat bertandem dengan saya, dia bisa ada di level dunia. Namun, dia sempat menyesuaikan setahun-dua tahun dengan bertanding dulu di kejuaraan, tidak langsung mengejar ke Olimpiade."
"Dejan ini dari nol, tidak ada yang tidak mungkin. Jadi, saya mencoba memaksimalkan. Kami harus membuat kilat segalanya. Balik lagi, olahraga tidak ada yang tidak mungkin, saya mencoba memaksimalkan itu," tutur Vita.
"Memang kendalanya, ada-ada saja, halangannya apa yang saya dulu alami, saya mengalami lagi dengan Dejan."
Vita menjelaskan bahwa kasus Dejan berbeda karena tidak semudah awal 2022.
"Gloria sudah dikeluarkan dari Cipayung, mencoba bertahan, menggendong orang (Dejan). Jadi, masalah non-teknisnya masih terlalu tinggi," kata Vita.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar